Aswaja

Menyikapi Perbedaan dalam Islam

Dalam sejarahnya, Islam telah melalui sebuah perjalanan yang cukup panjang. Sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. untuk membawa ajaran Islam hingga saat ini melahirkan beberapa aliran dalam Islam. Nabi Muhammad saw. memang telah mengatakan bahwa Islam akan terbagi menjadi 73 aliran. Dan saat ini sudah bisa kita lihat bagaimana ada beragam pemikiran Islam, ada Sunni, Syiah, Wahabi, Mu’tazilah, dan banyak lagi. Pun dalam pemikiran gerakan Islam saat ini bisa kita lihat melalui ormas dan media Islam yang bertebaran.

Terkadang kita melihat berita-berita yang menampilkan umat Islam kontra satu sama lain. Kontra dalam arti sikap, tindakan, bahkan hingga menimbulkan kekerasan.

Lalu bagaimana sebenarnya tokoh dan ulama NU mengajarkan kita menyikapi perbedaan dalam tubuh Islam?

KH. Zainut Tauhid Sa’adi, wakil ketua umum MUI menegaskan bahwa perbedaan dalam tubuh Islam tidak sepatutnya menimbulkan perpecahan.

Perbedaan adalah sunnatullah.  Boleh jadi perbedaan itu hanya pada tafsirnya saja atau pada masalah-masalah yang sifatnya cabang atau furu’iyah, pada tokoh agamanya. Sepanjang itu perbedaan pada wilayah ikhtilaf maka kita harus saling menjaga sehingga tidak terjadi perpecahan di internal umat Islam.

Nabilah Munsyarihah, penulis buku anak Kisah Ulama Pendiri Bangsa juga menuturkan hal serupa. Bagi beliau perbedaan itu bukanlah hal yang menjadi masalah. Jika kita memiliki pandangan yang berbeda itu wajar, asalkan bagaimana kita menyampaikan hal tersebut tidak menyakiti orang lain.

Di bulan kemanusiaan pada Desember ini mengingatkan kita semua tentang peristiwa beberapa tahun terakhir dimana agama Islam menjadi sorotan utama. Dimana antar kelompok Islam seolah berseteru. Mungkin kita perlu menengok pada apa yang disampaikan Ahmad Baso, penulis pesantren studies, bahwa konflik antar umat Islam sejatinya tidak pernah ada. Konflik itu diadakan sejak masa kolonial oleh penjajah untuk memperlemah kekuatan bangsa.

Jika ada pemikiran bahwa kelompok Islam lain perlu dipangkas, dihilangkan dengan segala cara bahkan dengan kekerasan maka perlu dihati-hati kembali. Karena sejatinya para ulama NU tidak mengajarkan demikian.

Penulis jadi teringat kembali ketika Imam Al-Asy’ari bermimpi Rasulullah saw. ditengah kebimbangan beliau. Dalam mimpinya itu beliau bertanya “Wahai Nabi, apakah yang harus saya lakukan? Apakah saya harus memerangi Mu’tazilah dan lainnya?” Maka Nabi memerintahkan Imam Al-Asyari untuk mengajarkan agama Islam ahlussunnah wal jamaah, bukan memerangi aliran Islam lainnya.

Kurnia Islami

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button