MALANG – (8/10/2024) Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Kota Malang resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pondok Pesantren (PP) Bahrul Maghfirah dan PT Matuz Herbal Indonesia. Penandatanganan ini dipimpin KH. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, pengasuh PP. Bahrul Maghfirah, bersama Dr. Halimi Zuhdy, Ketua RMI Kota Malang, dan dr. Nikmatid Sholihah, Direktur PT Matuz Herbal Indonesia. Acara berlangsung di Aula Masjid Bahrul Maghfirah, Kota Malang, sebagai upaya bersama dalam distribusi, pemasaran, dan pengobatan scabies (kudis), penyakit kulit yang banyak menyerang pesantren.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penderita scabies tertinggi di dunia, di mana pesantren menjadi lingkungan yang paling rentan. RMI, PP. Bahrul Maghfirah, dan PT Matuz Herbal Indonesia berkomitmen mengurangi, bahkan menghilangkan penyakit tersebut dari pesantren melalui program kesehatan terpadu. Hal ini sejalan dengan program pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan, dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan pesantren. “Kalau dulu ada stigma ‘belum sah jadi santri kalau belum terkena scabies’, kini kita ingin mengubahnya menjadi ‘santri sehat, Indonesia hebat’,” ujar Dr. Halimi Zuhdy.
Selain distribusi produk Matuz Herbal, yang merupakan karya santri dan dokter Nahdlatul Ulama, MoU ini juga mencakup konsultasi kesehatan secara rutin untuk pesantren yang akan dilakukan oleh dr. Nikmatid Sholihah. Produk Matuz Herbal telah melalui penelitian panjang dan uji klinis yang membuktikan efektivitasnya dalam mengobati scabies.
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri menekankan pentingnya gerakan pesantren sehat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kancah dunia. “Penelitian Matuz Herbal dilakukan di PP. Bahrul Maghfirah dan telah melalui pengujian klinis yang panjang. Hasilnya nyata dan efektif. Inilah karya nyata santri yang patut diapresiasi,” ujar beliau.
Jumlah penderita penyakit skabies atau kudis di Indonesia mencapai angka tertinggi di dunia, menurut laporan dari International Alliance for the Control of Scabies (IACS). Dari total 455 juta kasus skabies yang tercatat setiap tahunnya secara global, Indonesia menempati urutan pertama dengan tingkat prevalensi mencapai 86,48%. Selain Indonesia, negara-negara dengan tingkat skabies tertinggi di dunia adalah Tiongkok (76,96%), Timor-Leste (77,18%), dan Vanuatu (72,56%). Dan lingkungan pesantren menjadi yang tertinggi.
Upaya pengendalian penyakit ini telah menjadi fokus utama dalam Peta Jalan WHO untuk Penyakit Tropis Terabaikan (NTD) 2021-2030, yang diluncurkan minggu ini. Laporan dari Karimkhani dan tim pada 2017 menunjukkan bahwa sepuluh negara dengan tingkat skabies tertinggi di dunia termasuk Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam, dan Seychelles, dengan angka prevalensi yang berkisar antara 67% hingga 71%.. Maka, RMI Kota Malang sangat mengapreasi PT. Matuz Herbal Indonesia untuk meminimalisir penyakit yang sangat masyhur di pesantren ini. Selain untuk menjaga kondusifitas santri dalam belajar, juga dapat membuat santri lebih nyaman di pesantren.
Penelitian terbaru di beberapa pesantren di Indonesia, termasuk di Pondok Pesantren Ngangkruk, menunjukkan bahwa 40% santri terkena scabies. Oleh karena itu, inisiatif RMI, PP. Bahrul Maghfirah, dan PT Matuz Herbal Indonesia menjadi langkah strategis dalam mewujudkan lingkungan pesantren yang lebih sehat dan bebas dari penyakit scabies.
“Insyallah, Matuz Herbal ini menjadi solusi terbaik untuk obat penyakit kudis di Indoensia” kata ketua RMI ini, yang juga pengasuh PP. Darun Nun Malang.