Serba-serbi

Refleksi Hari Pendidikan Nasional di Tengah Pandemi Covid 19

 

Bertepatan pada tanggal 2 mei merupakan hari diperingatinya Hari Pendidikan Masional (Hardiknas). Momentum di mana yang biasanya kita sebagai kaum pelajar merayakannya dengan upacara bendera. Hal demikian juga dilakukan di setiap lembaga pendidikan hingga pemerintah. sebuah bentuk selebrasi yang kerap dikhidmatkan hampir di setiap kalangan dalam merayakan betapa pentingnya hari besar ini.

Hari pendidikan nasional ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959. Dalam riwayat singkat sejarah, hari nasional ini merupakan hari lahir Ki Hadjar Dewantara, sosok yang dikenal sebagai bapak pendidikan indonesia, pahlawan yang dengan gigih memperjuangkan nasib pendidikan bangsa indonesia dalam melawan penjajahan kolonialisme.

Kondisi yang berbeda dalam memperingati hari pendidikan nasional kali ini, perayaan yang biasanya dilakukan dengan berkumpul sembari mengibarkan bendera merah putih menjadi fenomena yang mungkin saat ini tidak bahkan jarang dijumpai, masa masa pandemi yang tengah melanda berbagai negara di dunia termasuk indonesia menjadikan beberapa aktifitas terhambat. banyak pekerjaan yang mengharuskan kita untuk meninggalkannya demi memutus mata rantai virus yang penularannya sangat cepat ini. Kita harus dengan terpaksa melakukan segala aktivitas dengan terbatas dan sesuai protokol kesehatan,
Sistem pendidikan yang berlangsung selama wabah covid-19 ini pun seiring waktu berubah. dimana, biasanya kegiatan belajar mengajar diterapkan secara tatap muka di kelas, namun hari ini kita melakukannya dengan virtual digital. Hampir semua lembaga pendidikan melakukan bentuk kegiatan belajar mengajar melalui aplikasi online.

Hal ini merupakan sejarah baru dalam kurun waktu 1 dekade terakhir. Banyak di antara kita yang masih gagap dalam beradaptasi pada persoalan ini, seiring kita terbiasa dengan saling berinteraksi satu sama lain. Meskipun demikian, kiranya semangat pendidikan di hari besar nasional ini tak boleh luntur walau kondisi dan situasi serba sulit. Kita perlu menyadari bahwa pendidikan merupakan bom atom dalam melawan penindasan dan penjajahan serta merubah segala bentuk peradaban yang kita rasakan saat ini, refleksi dalam merayakan momentum ini tak boleh berkurang secara makna dan esensinya. sebagai kaum pelajar, semua mesti memahami bahwa perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam membangun tonggak pendidikan jauh lebih tinggi nilainya dibanding kita jika masih berdalih dengan berbagai macam alasan di masa pandemi hari ini. Pengorbanan yang beliau lakukan mungkin jauh berarti dari apa yang menjadi keluh kesah kita dalam menghadapi wabah ini. sebagai pelajar yang baik, maka baik pula rasanya ketika semangat belajar kita tak surut hanya karena wabah covid-19. sebab masing masing kita memiliki tugas yang sama, menjadi generasi cerdas yang mampu mengawal bangsa ini kedepan. kita tidak boleh kalah hanya dengan keadaan yang memaksa kita tidak dapat berkegiatan seperti biasanya.
Dalam memaknai hari besar ini , maka ada baiknya ketika kita mampu merefleksikannya secara utuh dan terbuka. Peringatan pendidikan nasional bukan hanya sebatas pada perayaan belaka, melainkan titik tolak yang memungkinkan generasi muda dan pelajar untuk tetap berjuang dan konsisten dalam merawat semangat belajarnya. belajar tidak harus di kelas, belajar tidak harus di sekolah, belajar tidak harus di kampus.

Hal ini perlu direfleksikan dengan sangat esensial bahwa pada prinsipnya pembelajaran bisa dilakukan di setiap tempat, belajar bisa dilakukan dari rumah, belajar bisa dilakukan dari kosan, belajar bisa dilakukan dari kontrakan, belajar bisa dilakukan dari tempat-tempat yang jauh dari instansi formal. ini menjadi pemahaman utuh dalam merefleksikan hari pendidikan nasional. setiap kita sepatutnya tidak boleh payah hanya karena sistem yang hari ini berjalan menjadikan kita harus banyak lagi beradaptasi, kita mesti menyelami keadaan dengan bijak, memaknainya dengan kesadaran utuh bahwa belajar adalah kewajiban setiap insan. memahami proses belajar secara etis tanpa banyak alasan teknis.
Mungkin tidak cukup sampai di situ. Kita perlu memahami ketika dasarnya kewajiban belajar bukan hanya pada  taraf lembaga, melainkan individu. baik buruknya, sukses tidaknya bergantung penuh kepada kita sebagai aktornya. bila diibaratkan sekolah adalah wadah maka kita adalah subjek dan objek yang mengisi ruangnya. keadaan di tengah pandemi ini yang bertepatan dengan hari besar pendidikan nasional semoga tetap meneguhkan prinsip dan daya kita dalam memanjangkan nafas semangat perjuangan dalam memerangi kebodohan, kesenjangan serta ketimpangan.

Penulis: Umar Syahid

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Periksa Juga
Close
Back to top button