MALANG – Salah satu tokoh Nahdlatul Ulama yang dipilih sebagai topik malam I’tikaf Ramadhan dan Tadarus Fikroh Nahdliyyah oleh PCNU Kota Malang adalah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Dur adalah satu-satunya tokoh NU nasional yang bukan berasal dari Malang. Namun demikian, jejak-jejak perjuangan Gus Dur pada saat menjadi Ketua Umum PBNU antara lain di Kota Malang.
Sebagaimana diceritakan oleh Mohammad Mahpur bahwa cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari tersebut pernah menorehkan sejarah luar biasa dalam membangun moderasi beragama yaitu di Kota Malang.
“Ketika seorang Pendeta Balewiyata mengajukan proposal mendirikan lembaga toleransi yang diharapkan dapat didirikan di Jakarta agar lebih berpengaruh, justru Gus Dur menjawab, sebaiknya didirikan di Malang saja. Oleh sebab itu, Balewiyata GKJW Sukun adalah situs toleransi yang pendiriannya Gus Dur juga terlibat,” tegas Wakil Ketua PCNU Kota Malang tersebut.
Mahpur juga meceritakan kisah dari Mas Wildan, Komandan Banser di PCNU Kota Malang saat ini, bahwa pada saat ia masih kecil sering diminta ayahnya untuk memberikan penerangan jalan di persawahan belakang Balewiyata. Sebab, waktu itu, ada seorang tokoh NU yang sering melintasi jalan tersebut di kegelapan. Ternyata, orang itu sekarang saya kenal sebagai Gus Dur.
Bahkan, imbuh Mahpur, Gus Dur bergerak senyap membibit toleransi dari Balewiyata waktu itu. Masa-masa dimana waktu itu NU dan Muhammadiyah hubungannya belum begitu bisa mencair seperti era sekarang ini, Gus Dur malah begitu ringan berada di perlintasan agama-agama.
“Menurut saya, apa yang sudah ditinggalkan oleh Gus Dur di Malang ini, berupa situs-situs toleransi perlu dan penting untuk dirawat,” tandas pria asal Tulungagung itu.