MALANG – (30/1/2025) Dalam rangka memperingati Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke-102 sekaligus memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana, Pengurus Cabang Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim Nahdlatul Ulama (PC LPBI NU) Kota Malang mengadakan Sarasehan Mitigasi Kebencanaan bagi sekolah, madrasah, dan pondok pesantren di lingkungan NU. Kegiatan yang berlangsung di Aula KH. Hasyim Asy’ari, Gedung PCNU Kota Malang, pada Kamis (30/1), bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif dan meningkatkan sinergi dalam pencegahan serta penanggulangan bencana di lingkungan pendidikan.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Ketua Panitia Harlah yang juga Wakil Ketua PCNU Kota Malang, Prof. Dr. Agus Maimun, M.Pd., serta Sekretaris Panitia yang juga Wasek 1 PCNU Kota Malang, Sugeng Winarto, M.Pd.. Turut hadir Ketua LPBI NU Kota Malang, Wildan, beserta para kepala sekolah/madrasah dari LP Ma’arif NU dan pengasuh pondok pesantren di bawah naungan RMI NU Kota Malang.
Sebagai upaya memperkaya wawasan peserta, sarasehan ini menghadirkan narasumber dari berbagai instansi yang berkompeten di bidang kebencanaan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang memaparkan pentingnya kesiapsiagaan serta langkah-langkah strategis dalam mitigasi bencana di lingkungan sekolah dan pesantren. Sementara itu, Dinas Pemadam Kebakaran Kota Malang memberikan pelatihan dasar penanganan kebakaran, termasuk simulasi penggunaan alat pemadam api ringan (APAR). Dari sisi kebijakan, Anggota DPRD Kota Malang, Arief Wahyudi (FPKB), menyoroti peran regulasi dalam mendukung kesiapsiagaan bencana di sektor pendidikan.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Agus Maimun, M.Pd. menekankan bahwa mitigasi bencana bukan sekadar wacana, melainkan harus menjadi langkah nyata yang terintegrasi dalam sistem pendidikan di sekolah dan pesantren. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan dalam menyusun protokol tanggap darurat. “Di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, sekolah-sekolah memiliki mekanisme yang jelas dalam menghadapi bencana. Hal ini harus menjadi perhatian kita agar lingkungan pendidikan di NU juga siap menghadapi situasi darurat,” ujarnya.
Senada dengan hal itu, Ketua LPBI NU Kota Malang, Wildan, menegaskan bahwa mitigasi bencana di lingkungan pendidikan tidak bisa hanya bergantung pada instansi pemerintah semata. “Setiap sekolah, madrasah, dan pesantren di NU harus memiliki kader mitigasi bencana yang siap siaga. Dengan begitu, langkah cepat dan tepat bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak ketika bencana terjadi,” ungkapnya.
Sarasehan ini tidak hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga menjadi tonggak awal bagi sekolah dan pesantren di bawah naungan NU untuk lebih serius dalam membangun sistem mitigasi bencana yang efektif. Harapannya, seluruh lembaga pendidikan di lingkungan NU dapat lebih siap menghadapi potensi bencana, serta mampu menciptakan lingkungan yang aman dan tangguh bagi para santri dan siswa.
Dengan adanya sinergi ini, NU kembali menegaskan perannya sebagai organisasi yang tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan, tetapi juga aktif dalam membangun ketahanan sosial di berbagai bidang, termasuk dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. [al]