Aswaja

Resensi : Guru Sejati, Hasyim Asy’ari

Judul : Guru Sejati, Hasyim Asy’ari

Penerbit : Inspira

Tahun : Maret 2014

Jumlah halaman : 269 hlm

Berlatar daerah Jombang, Masyamsul Huda menuliskan sejarah berdirinya pondok pesantren Tebu Ireng sekaligus perjuangan KH. Hasyim Asyari bersama beberapa tokoh yang membantu tersebarnya Islam di kawasan Tebu Ireng. Berawal dari kondisi Indonesia pada masa penjajahan Belanda ketika pabrik gula Cukir pertama kali didirikan.

Konflik masyarakat desa dan penjajah mulai tampak ketika pendirian pabrik gula. Dengan politik adu domba, Belanda menghasut dan mendorong warga sekitar Cukir untuk memperkuat eksistensi pabrik gula tersebut. Belanda mengadu domba masyarakat dan melumpuhkan perlawanan terhadap kolonial dengan mendirikan hiburan prostitusi yang dikawal perguruan silat ilmu hitam Kebo Kicak.

Keresahan warga dan ulama yang merupakan penduduk setempat menemukan jalannya ketika dipertemukan dengan Kyai Hasyim Asyari yang saat itu baru saja pulang ke Jombang setelah mencari ilmu di Makkah. Berbekal tekad, strategi, kebersamaan, persaudaraan, dan akhlakul karimah, Kyai Hasyim Asy’ari beserta beberapa pelopor lainnya mengawal pendirian pondok pesantren Tebu Ireng untuk mengembalikan masyarakat kepada jalan yang benar.

Detik-detik perjuangan dan segala rintangan yang dihadapi dalam berjuang berhasil diceritakan dengan begitu detail oleh Masyamsul Huda, yang tidak lain merupakan cucu dari Kyai Sakiban, salah satu pejuang yang membantu Kyai Hasyim dalam proses pendirian pondok pesantren Tebu Ireng. Mengambil sudut pandang orang ketiga, Masyamsul Huda menceritakan bagaimana Kyai Sakiban mengalami masa-masa transisi dari Kebo Ireng menuju Tebu Ireng, dari kegelapan menuju cahaya.

Dalam buku ini, banyak nilai-nilai mulia yang tercermin dari sosok mulia Kyai Hasyim Asy’ari baik dari sisi akhlak, keteguhan dalam perjuangan dan kesabaran beliau. Tidak hanya itu, pesan-pesan moral dari berbagai tokoh juga menjadikan buku ini memiliki nilai lebih. Dalam setiap babaknya, terdapat kisah dan pesan yang langka sebab merupakan bagian dari sejarah yang tidak banyak diketahui orang pada umumnya.

Meskipun dalam beberapa bagian di awal penulis belum terlalu mampu menyentuh pembaca dari deskripsi aktivitas dan suasana yang tidak begitu menarik, namun pada bab selanjutnya hingga akhir bagian buku ini, penulis berhasil menghanyutkan pembaca dengan membawa beberapa petik suara dan alur detail yang menegangkan.

Buku ini sangat cocok untuk mereka yang ingin mendalami dan mengetahui karakter kyai Hasyim Asy’ari terutama pada saat awal pendirian Tebu Ireng. Terutama bagi para pegiat Nahdlatul Ulama, buku ini cukup ringan untuk menjadi pembuka awal dalam mengenal sosok Kyai Hasyim Asy’ari, mengenal sifat santun beliau, serta karakter-karakter mulia dan perjuangan beliau. [isk]

Jika ingin lebih jauh membaca penjelasan penulis buku, silahkan membuka link berikut ini.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button