Uswah

Kyai Thohir Bungkuk, Macan Singosari Abad Sembilan Belas

“Saya melihat ada macan berjalan ke utara,” ucap Abdullah, salah satu menantu Kyai Hamimuddin setelah melakukan ikhtiar 40hari mencarikan suami untuk adik iparnya.

Kyai Hamimuddin, salah satu ulama pelopor persebaran Islam di Singosari, gembira mendengar ucapan menantunya itu. “Carilah kalau begitu,” ucap Kyai Hamimuddin.

Seketika itu pula, Abdulloh berangkat meninggalkan Singosari. Tanpa disangka dalam perjalanannya ke utara, ia akhirnya dipertemukan dengan orang yang dimaksud dalam istikhorohnya. Dia lah yang kemudian dikenal Kyai Muhammad Thohir Bungkuk, yang akhirnya dinikahkan dengan putri bungsu Kyai Hamimuddin.

**
Simbol macan yang tampak pada istikhoroh Abdulloh rupanya bukan sembarang bunga tidur. Setelah sekian tahun membantu Kyai Hamimuddin mengelola pesantren Bungkuk, mengajarkan dakwah Islam pada masyarakat sekitar, kharisma Kyai Thohir mulai tampak.

Kealiman dan kewiraian Kyai Thohir dikenal di kalangan ulama-ulama kaliber nusantara ketika itu, akhir abad ke-19. Kyai Hasyim Asyari, Kyai Hamid Pasuruan, dan Habib Lutfi bin Yahya pun pernah mengunjungi Kyai kharismatik asal Bangil ini.

Kyai Muhammad Thohir, pada saat itu dikenal tekun mempelajari dan mengajarkan ilmu agama. Ketika Al-Quran masih belum banyak dikenal masyarakat, beliau menulis tangan Al-Quran dan rujukan ilmu yang beliau gunakan untuk mengaji dan mengasah ilmu beliau setiap hari.

Selain mengajarkan kitab-kitab klasik dengan metode sorogan, beliau secara pribadi juga mendalami Thoriqoh Naqsabandiyah. Fokus beliau pun terhadap thoriqoh baru dimulai ketika pengelolaan pesantren telah dibantu banyak santri senior serta menantu beliau.

Dalam mengajarkan ilmu agama, sosok macan Singosari abad ke-19 ini menyesuaikan kemampuan santrinya. Beliau selalu mengistikhorohkan terlebih dahulu para santri yang ingin berguru pada beliau, lebih-lebih ilmu thoriqoh.

“Belajar di sini itu sunnah, yang wajib adalah memberikan nafkah pada keluargamu,” ucap Kyai Muhammad Thohir ketika ada calon santri beliau yang ternyata sudah berkeluarga dan berasal dari desa lain.

Meski lautan ilmu Kyai Muhammad Thohir begitu luas, terlebih disertai berbagai riyadhoh beliau, dalam mengajarkan agama beliau selalu sabar dan menyesuaikan kapasitas santrinya. Keuletan dan keteguhan macan Singosari ini tak heran mampu menanamkan ilmu pula pada banyak ulama kaliber Nusantara, diantaranya Kyai Nachrowi Thohir, Kyai Muhammad Yahya, dan Kyai Masykur.

Semoga sekilas potret beliau dapat bermanfaat bagi kita semua.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button