Tinggalkan Dua Hal Ini untuk Bisa Mendapatkan Dua Hal
Syeikh Imam Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam salah satu kitab fenomenal susunan beliau berjudul ‘Nashoihul Ibad’ menjelaskan bahwa siapa yang meninggalkan dua hal ini akan mendapatkan dua hal berharga. Termaktub dalam bab kedua, untaian mutiara ke delapan belas,
Orang yang meninggalkan perbuatan dosa, maka bersih hatinya. Dan siapa orang yang meninggalkan hal-hal haram (pakaian, makanan, atau lainnya), dan dia makan yang halal, maka jernih pikirannya
Kyai Suwandi memberikan keterangan “Orang yang meninggalkan perbuatan dosa, hatinya akan bersih dan mudah menerima nasihat. Tidak cukup menerima nasihat tapi juga dilakoni… Berbeda dengan orang yang berbuat dosa, hatinya akan keras. Orang kalau sudah hatinya keras, pikirannya sulit menerima nasihat.”
Beliau juga menuturkan, hubungan antara hati dan kemauan akal dalam menerima nasihat ini menarik untuk dikaji. “Ini menarik untuk dikaji, bahkan bisa dijadikan skripsi,” imbuh beliau.
Selanjutnya, orang yang meninggalkan perbuatan haram, pakaian haram, makanan yang haram, dan sebagainya, pikirannya akan jernih. Ketika pikiran sudah jernih, maka orang itu akan merenungi dan berpikir tentang Kekuasaan Allah, Ke-Esa-an Allah, dan bahwa Allah Maha Tahu segalanya. Dia juga akan memikirkan bahwa Allah akan menghidupkan ciptaan-Nya setelah mati.
Lebih jauh, dalam kitab Nashoihul Ibad diterangkan, bahwa seseorang itu akan merenungkan bahwa Allah telah menciptakannya dari nutfah, lalu menjadi gumpalan darah, lalu menjadi gumpalan daging, lalu menjadikan bagian bagian tubuh, tulang, sendi, daging, lalu memberikannya pendengaran dan penglihatan, lalu Allah mudahkan janin itu (ketika lahir) keluar dari perut ibunya, kemudian bersiklus dari balita, anak-anak, hingga kemudian tua dan pikun. Semua bersiklus sebagaimana siang dan malam.
Semua hal tersebut direnungkan oleh orang-orang yang pikirannya jernih, sehingga kemudian dengan tadabbur tersebut, imannya menjadi kuat, terlebih tentang kehidupan setelah mati, bahwa Allah akan menghidupkannya kembali dan membalasnya sesuai perbuatannya selama hidup di dunia. Dengan itu, orang tersebut akan benar-benar berusaha melakukan ketaatan dan menjauhi hal-hal yang melanggar syariat.
Wallahu a’lam
–
Sumber: Pengajian Kitab Nashoihul Ibad oleh Kyai Suwandi, Malang