ArtikelOpiniParamudaSerba-serbi

Kehidupan Santri Millenial di Pondok Pesantren Modern

Santri Berbahagia Dengan Segala Aktivitasnya

 

Dunia luar masih memiliki pandangan miring terhadap kehidupan santri. Santri hanya dipahami sekedar keahlian di bidang agama saja namun tidak mumpuni dalam bidang umum. Pendapat atau ungkapan ini sebenarnya sudah tidak terdengar asing di kalangan santri. Namun perlu diketahui pendapat tersebut mulai mengikis dan hari ini sudah tidak melekat pada diri santri. Hak itu ditandai kepeloporan santri dengan kemajuan dan beberapa gagasannya yang membuka mata dunia.Di titik inilah, saya rasa santri sudah tidak pantas hanya dilihat sebagai sosok yang ahli dalam bidang agama saja.

Seperti yang diketahui, terdapat berbagai jenis pondok pesantren yang ada di Indonesia. Dua jenis pondok pesantren yang paling popular di khalayak umum adalah pondok pesantren modern dan pondok pesantren non modern atau biasa disebut dengan pondok pesantren salaf.diketahui bahwa dua jenis pondok pesantren tersebut sudah banyak tersebar di nusantara saat ini, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor menjadi ikon dari kiblatnya kurikulum pondok pesantren berbasis modern, begitu juga dengan Pondok Pesantren Lirboyo atau Tebuireng yang menjadi penggagas serta kiblatnya pondok pesantren berbasis non modern di nusantara. Reputasi kedua pondok pesantren tersebut berkibar hingga kini.

Arah pengembangan diri santri di kedua pondok pesantren sebenarnya memiliki kesamaan dan perbedaan. Kedua pondok pesantren mengkaji berbagai ilmu agama Islam dan dalam kegiatan muhadharah setiap santri dapat mengungkapkan gagasan pikirannya. Selain santri dituntut untuk mengungkapkan gagasan pikiran, dalam kegiatan tersebut juga diliputi dengan melakukan pengajian bersama yang biasa disebut juga sebagai riyadhoh atau muhasabah, yang mempunyai tujuan antara lain untuk pembersihan hati atau jiwa. Kegiatan muhadharah di pondok pesantren berbasis modern, biasanya diisi dengan penampilan para santri untuk menyampaikan sebuah pidato dihadapan semua santri. Kegiatan dilaksanakan setiap minggunya dengan berbagai tema-tema pidato yang diberikan oleh para pengurus pesantren.

Keduanya mempunyai kebermanfaatan yang sangat baik. Dari hasil diskusi dalam pertukaran gagasan pikiran tentunya akan melahirkan generasi santri yang unggul dalam bertukar pendapat. Bahkan penyampaian sebuah pidato yang dilakukan santri, tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia, namun juga menggunakan bahasa asing. Hal itu membuktikan bahwa santri mampu menguasai bahasa asing. Suatu saat nanti santri juga akan menjadi para orator ulung.

Muhadharah menjadi bukti sebagai pendobrak paradigma bahwa santri itu hanya bisa mengaji. Juga memiliki kewajiban untuk tetap menuntut ilmu di sekolah umum. Hal tersebut ditandai dengan munculnya berbagai sekolah umum di lingkungan pondok pesantren.

Sisi yang membedakan antara pondok pesantren salah dan modern adalah Kajian kitab klasik. Kegiatan pengkajian kitab kuning yang diterapkan dalam kurikulum di pondok pesantren berbasis modern memang tidak sebanyak yang diterapkan di pondok pesantren non modern atau salaf. Namun perlu diketahui bahwa pondok pesantren berbasis modern juga menerapkan beberapa kajian kitab klasik pada kurikulumnya seperti kitab Bidayatul Mujtahid, Bulughul Marom dan lain sebagainya. Sisi penekanan pada pondok berbasis modern bukan hanya memfokuskan pengajarannya terhadap kajian kitab klasik saja tetapi juga penerapan bahasa asing dalam kegiatan sehari-harinya.

Pemberian kosa kata bahasa asing menjadi salah satu kegiatan harian yang ada di pondok pesantren berbasis modern.Hal tersebut juga menyadarkan kita bahwa bukan hanya ilmu agama yang dipelajari namun juga ilmu dunia. Apalagi bahasa asing merupakan salah satu faktor penting bagi semua orang di dunia saat ini. Ditegaskan dalam pepatah yang sering menjadi pedoman bagi kalangan santri di pondok pesantren modern bahwa “ Language is every thing, every thing without language is nothing “.

Selain pemberian kosa kata yang mejadi kegiatan wajib setiap harinya adalah munaqosyah. Kata ini dalam bahasa Indonesia bermakna diskusi. Kegiatan itu menjadi rutinitas ilmiah yang dilakukan oleh santri di pondok pesantren modern. Bahasa pengantar yang digunakan tidak hanya bahasa Indonesia, namun juga bahasa asing lainnya.

Sistem pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren modern memiliki standarisasi kurikulum tersendiri. Setiap aspek dalam kurikulum tersebut dibuat dengan sangat terstruktur. Semua elemen pengurus dalam pesantren bekerja sama dengan sangat baik dalam mengimplementasikan kurikulum pondok pesantren tersebut. Maka tidak heran, jika kehidupan santri di pondok pesantren modern sangat terstruktur dan merinci. Setiap aturan dan pengajaran dilaksanakan sepenuhnya sehingga melahirkan generasi-generasi unggul. Aspek keunggulannya tidak hanya dalam ilmu agama namun juga mengikuti perkembangan dunia.

Dengan demikian, makna modern yang melekat pada pondok pesantren non salaf bukan berarti segala sesuatu yang ada didalam pesantren mengikuti sistem kehidupan yang ada di negara maju seperti Amerika Serikat. Makna modern tersebut mengartikan bahwa sistem pendidikan, pengajaran dan segala sesuatu yang ada di pondok modern mengikuti perkembangan zaman namun tidak menghilangkan unsur-unsur agama didalamnya.

 

Oleh: Neng Sumiyati (Alumni Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Mahasiswa UIN Maliki Malang)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Periksa Juga
Close
Back to top button