ArtikelOpiniParamudaSerba-serbi

Model Pendidikan Santri Putri di Pondok Pesantren

Pesantren dan Tantangan Santri Perempuan

 

Belajar di pondok pesantren bagi santri putri merupakan kebutuhan pokok di era millenial. Perkembangan zaman yang begitu cepat, membuat santri putri semakin mawas diri. Untuk itulah, mondok merupakan benteng moral bagi santri putri untuk dapat menghindarkan diri dari pergaulan bebas. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa pergaulan bebas selalu lepas pengawasan dari keluarga. Belum lagi, nantinya santri putri diharapkan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya kelak. Oleh karena itu,untuk menghadapi tantangan di masa depan, dibutuhkan putri-putri yang cerdas dan tangguh. Pastinya,santri putri perlu menyiapkan diri dan memiliki pemahaman tentang agama Islam secara dalam dan benar.

Sistem pendidikan yang dilaksanakan di pondok pesantren menerapkan berbagai macam peraturan. Beraneka kegiatan pun diselenggarakan di pondok pesantren dengan tujuan membentuk karakter santri putri yang sederhana dan mandiri. Waktu 24 jam di pondok pesantren diisi dengan kegiatan yang begitu padat. Hal ini menyebabkan para santri putri tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan kegiatan yang negatif. Pondok Pesantren juga memberlakukan berbagai peraturan agar para santri putri tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya.

Kegiatan di pondok pesantren saat ini tidak hanya belajar kitab-kitab kuning atau tentang agama. Kegiatan-kegiatan akademik dan berbasis life skill juga banyak dilakukan dengan untuk menambah wawasan para santri putri dan melatih keterampilan vokasionalnya. Hal ini berkaitan dengan perkembangan zaman yang semakin modern di mana putri juga dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki daya saing. Nantinya ketika santri putri sudah terjun ke masyarakat, sudah memiliki keunggulan dan membawa kemanfaatan bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Santri Putri nantinya pun menjadi sosok istri bagi suaminya. Maka di pondok pesantren, putri diajarkan tentang hak dan kewajiban menjadi istri serta cara mendidik anak yang baik. Tidak hanya itu, sosok santri putri juga akan menjadi ibu. Nantinya santri putri harus pandai mengurus keluarga seperti dalam hal mengatur keuangan, kebutuhan sehari-hari, kebersihan rumah dan kesehatan keluarganya. Oleh karenanya di pondok pesantren, santri putri perlu diajarkan memasak, menjahit, dan pekerjaan rumah lainnya agar kelak ketika mereka berkeluarga, mampu melakukan beragam kegiatan tersebut.

Masa depan santri putri pastinya sebagai sosok ibu yang didambakan oleh anak-anaknya. Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan karakter seorang anak. Oleh karenanya dibutuhkan santri putri yang memiliki sopan santun dan akhlak yang mulia. Di pondok pesantren, akhlak menjadi hal yang utama. Para santri putri dituntut untuk senantiasa berlaku sopan pada orang yang lebih tua. Seperti pada kakak kelasnya dan para guru-gurunya. Jika bertemu dengan guru, dianjurkan untuk mencium tangannya. Jika berbicara dengan kakak kelas harus menggunakan bahasa yang sopan dan jika ada guru yang sedang lewat maka kita harus menepi dan menundukkan kepala. Semua itu sudah menjadi tradisi di pondok pesantren. Tidak mengherankan apabila para santri terbiasa ditanamkan nilai-nilai kesopanan sejak pertama masuk pondok pesantren.

Santri putri dipersiapkan sebagai salah satu anggota masyarakat yang bergerak dalam memajukan kehidupan ekonomi, sosial maupun politik. Dari segi ekonomi, santri putri menjadi seorang pengusaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan produktivitas. Hal ini akan meningkatkan peran santri putri dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Oleh karenanya, pondok pesantren juga mengajarkan kepada para santri putri tentang kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan di pondok pesantren dapat dimulai melalui hal-hal kecil seperti membuat makanan ringan yang nantinya dapat dijual, baik ke kalangan pondok pesantren sendiri maupun masyarakat luar.

Dari segi sosial, santri putri dapat menjadi motivator bagi sesama kaum putri dalam hal menghadapi permasalahan tentang seks bebas, pornografi dan narkoba. Mengingat permasalahan tersebut sangat rentan terjadi pada usia remaja, maka pondok pesantren menjadi tempat yang tepat untuk mendidik santri putri agar tidak terjerumus ke dalam permasalahan tersebut. Sebab,permasalahan itu biasanya berawal dari pergaulan yang salah dan terlalu bebas. Sedangkan di pondok pesantren sudah sangat membatasi hubungan antara santri putra dan santri putri. Di pondok pesantren juga mengharuskan santri putri untuk senantiasa menutup aurat. Dengan demikian, aksi-aksi pornografi dapat dihindari.

Dari segi politik, santri putri dapat mewakili kaumnya untuk terjun ke partai politik, pemerintahan dan pemangku jabatan. Dengan turut sertanya santri putri dalam mengambil keputusan, maka persoalan diskriminasi dan kesetaraan gender dapat disuarakan. Santri putri dapat berkontribusi dalam mengusulkan program atau kebijakan yang sesuai dengan hak-hak perempuan. Oleh karenanya, dalam pondok pesantren diperlukan pendidikan politik guna memberikan kesadaran kepada para santri putri untuk turut serta menjadi agen perubahan dalam sistem politik di negeri ini.

Beragamnya peran santri putri dalam kehidupan mendatang mengharuskan pondok pesantren untuk terus mengembangkan pembelajaran dan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Sistem pendidikan pondok pesantren yang mengatur kegiatan selama 24 jam sangat mendukung dalam membentuk karakter dan kebiasaan santri, khususnya santri putri. Santri putri harus mandiri, cerdas dan tangguh agar kelak menjadi putri yang mempunyai daya saing di masyarakat.

 

Oleh: Nur Sholikhah (Santri Dan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button