Serba-serbi

Gus Is: Spirit Puasa Ramadhan Perlu Dilestarikan dengan Banyak Bersedekah

Seri Pencerahan Ramadhan PCNU Kota Malang kembali berlanjut. Hari Ahad, tanggal 10 April 2022 dilaksanakan mulai pukul 19.00 WIB diawali dengan solat Isya berjamaah dilanjutkan solat terawih, kemudian diisi dengan pengajian yang diasuh oleh KH. Dr. Isroqunnajah.

Pada tausiah yang dilaksanakan di Masjid Subulus Salam Kelurahan Janti ini, banyak membahas mengenai lapar yang terkait dengan puasa ramadhan.

Beliau menyampaikan bahwa puasa mengajarkan kita untuk peka terhadap rasa lapar. Sehingga ada tradisi yang sangat baik di Indonesia ketika saat adzan magrib banyak yang bersedekah dengan ta’jil.

“Ta’jil tidak dikenal di Timur Tengah. Walaupun berasal dari bahas Arab yang berarti menyegerakan, akan tetapi dalam budaya kita memberikan makanan untuk membatalkan puasa. Biasanya kurma, air, kue, ataupun makanan yang manis,” ujar ketua PCNU Kota Malang ini.

Orang berpuasa itu mendapatkan dua kebahagiaan. Kebahagiaan yang pertama ketika berbuka puasa. dan kebahagiaan yang paling hakiki ketika bertemu dengan Allah SWT. Sehingga harapan orang yang berpuasa benar-benar bisa bertemu dengan Allah dan mendapatkan ridho-Nya.

Allah SWT memberikan rezeki kepada para hambaNya berbeda-beda. Ada yang rezekinya mulai dari ratusan ribu, jutaan, sampai ratusan juta hanya dengan modal omongan saja. Tapi ada juga saudara kita yang belum bisa memastikan hari ini bisa makan atau tidak. Sehingga pelajaran memberikan ta’jil pada saat Ramadhan, perlu dilestarikan pasca bulan puasa. Terutama amal-amal yang bisa abadi setelah anak turun adam wafat.

“Ketika orang wafat itu sudah tidak bisa beramal berdasarkan hadis Nabi. Sehingga amal yang akan mengalir salah satunya adalah sodaqoh jariyah atau wakaf. Sehingga setelah diwakafkan, maka harta tersebut jadi milik Allah yang tidak bisa diwariskan ataupun diberikan kepada siapapun,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Merjosari Malang.

Disamping wakaf, kita juga perlu meningkatkan amal ibadah kita dengan banyak memberikan sodaqoh. Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan. Sehingga jangan sampai seorang muslim itu menjadi orang yang pelit.

“Ilustrasi sodaqoh itu seperti kita setor uang di bank. Maka uang itu akan pindah rekening saja dan ada catatannnya. Seperti itulah sodaqoh kita akan dicatat oleh malaikat dan nanti akan disampaikan kembali kepada kita di akhirat kita kelak,” papar Gus Is, yang juga sebagai Wakil Rektor Bidang Kelembagaan dan Kerjasama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.

Kalau belum bisa sodaqoh uang paling tidak kita sodaqoh senyum. Sehingga kita bisa tetap bisa berbagi pada ga g lain

“Tabassam atau senyum itu adalah sodaqoh yang paling mudah dan murah. Sebagaimana hadis Nabi. Maka mari kita tingkatkan amal ibadah di bulan suci ini, ” Tutur Muallim Masjid Agung Jami Malang ini.

Acara ditutup dengan diskusi dari jamaah masjid. Dimana salah seorang jama’ah bertanya tentang solat dan hubungannya kewajiban manusia.

“Manusia itu punya perjanjian ketika di alam ruh. Sehingga manusia itu pada hakikatnya hidup mencari Tuhan. Naluri manusia yang diberikan Allah terdiri atas naluri keberagaman, naluri kemanusiaan, dan ghorizah yang lain. Sehingga kebutuhan manusia atas solat, puasa, dll itu seperti manusia butuh makan, minum, dan tidur,” tutup alumni pesantren Lirboyo Kediri ini.

Penceramah Ramdhan yang dilaksanakan berlangsung lancar hingga akhir acara. Antusias warga turut meramaikan diskusi Ramadhan kali ini. Semoga pencerahan Ramadhan dari masjid ke masjid bisa bermanfaat dan berkah untuk umat Islam di Kota Malang. (ADH)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button