MALANG – (17/3/2024) Sepuluh hari pertama bulan Ramadhan merupakan fase rahmat (awwaluhu rahmah) dan limpahan pahala bagi hamba-Nya yang tulus melaksanakan ibadah puasa. Kasih sayang Allah sangatlah luas, tak hanya terbatas orang Islam saja, namun juga bagi hamba-Nya yang non-Muslim. Hal itu disampaikan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang, Dr. KH. Isroqunnajah, M. Ag. dalam acara Safari Ramadhan 1445 H ke-3, Sabtu, 16 Maret 2024.
Dalam mauidzhohnya usai salat Isya’ dan Tarawih berjamaah di Masjid An Nahdlah, Jl Lahor Bunulrejo, Blimbing, Kota Malang, Gus Is, panggilan akrab Dr. KH. Isroqunnajah membagikan pesan tentang pentingnya memiliki kasih sayang terhadap sesama. Beliau memperkenalkan kisah menarik tentang Sahabat Umar bin Khattab RA. Meskipun Umar bin Khattab RA dikenal dengan kepribadiannya yang tegas dan keras, ia juga memiliki sisi yang sangat penyayang.
Beberapa waktu setelah Umar bin Khattab meninggal dunia, beberapa ulama mengaku bermimpi bertemu dengannya. Mereka bertanya tentang keadaannya di alam akhirat, dan Umar menjawab bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya. Ulama tersebut kemudian bertanya apa yang membuat Allah begitu murah hati padanya, apakah karena kedermawanan, keadilan, atau kezuhudannya.
Sahabat Umar menjelaskan bahwa setelah dia dimakamkan, dua malaikat menemuinya. Awalnya, dia merasa ketakutan, tetapi tiba-tiba mendengar suara gaib yang menyatakan bahwa Allah telah menyayanginya dan mengampuni dosa-dosanya. Hal ini dikarenakan Sahabat Umar pernah menyayangi seekor burung saat berada di Madinah.
“Saat itu, Beliau melihat seorang bocah mempermainkan burung tersebut, dan merasa iba, Sahabat Umar membeli burung itu dari bocah tersebut, kemudian membebaskannya terbang”, paparnya.
Kisah tersebut menurutnya menggambarkan bagaimana kasih sayang terhadap makhluk Allah, bahkan yang paling kecil sekalipun, dapat mendatangkan rahmat di akhirat.
Lebih lanjut, Gus Is kemudian mengaitkan konsep kasih sayang tersebut dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Bulan Ramadhan. Menurutnya, puasa tidak hanya sekadar tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan latihan untuk meningkatkan empati dan kasih sayang terhadap sesama.
“Dalam ajaran agama, salah satu sifat yang sangat diidamkan adalah memiliki rasa empati yang tinggi. Oleh karena itu, saat berbuka puasa, penting bagi kita untuk memastikan bahwa tidak ada yang masih merasakan kelaparan di sekitar kita”, ujarnya.
Komitmen untuk berbagi dan peduli terhadap sesama harus menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, tidak hanya selama Bulan Ramadhan, tetapi juga sepanjang tahun.
Di akhir mauidzhohnya, Gus Is juga menyoroti peran penting masjid dalam membantu kesejahteraan masyarakat. Baginya, masjid bukan hanya tempat untuk beribadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial yang dapat memberdayakan umat.
“Dengan adanya masjid yang aktif dalam kegiatan sosial, umat dapat lebih terlibat dalam upaya membantu sesama dan meningkatkan kesejahteraan bersama”, pesannya.
Pesannya memberikan inspirasi bagi umat Muslim untuk menjalankan puasa dengan penuh makna dan menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya selama bulan Ramadhan, tetapi juga di luar bulan suci ini.