Pesan paling ditekankan dari Risalah Sarang yang dihasilkan dari Silaturahim Alim Ulama Nusantara adalah menjaga akhlak. Penekanan itu ada pada muqaddimah maupun dalam dua dari lima poin risalah. Dan tampak sekali ditekankan dengan intonasi yang jelas dan tegas oleh pembaca naskah Risalah, yaitu KH Ahmad Mustofa Bisri.
Kata kunci akhlak mulia, berbuat baik, mengasihi dan menyayangi, menjauhi permusuhan, terus tampak dominan dari isi risalah. Kutipan lima ayat dan dua hadits di kalam muqaddimah, jelas sekali menekankan soal akhlak.
Pesan itu masih diulangi lagi dalam naskah risalah. Poin nomor satu dan empat menyebut dengan jelas tentang perlunya menjaga akhlak, baik oleh para pemimpin masyarakat mapun pemimpin NU sendiri. Sedangkan dua poin risalah adalah imbauan kepada pemerintah, dan satu poin yaitu poin teakhir, nomor lima, adalah rencana tindak lanjut sebagai solusi. Yakni mengusulkan diselenggarakannya forum silaturahim antara seluruh elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai permasalahan yang ada.
Hadirin tertunduk syahdu kala Gus Mus membacakan kata demi kata Risalah itu. Meski diselingi canda, namun tampak penuh energi dan penuh emosi ketika membacakan dalil dan seruan tentang akhlak.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Ayat ke 125 dai Surat An-Nahl ini dibacanya dengan napas panjang dan penuh penghayatan.
Lebih tampak dan lebih terasa intonasi Gus Mus ketika membacakan sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Al Baihaqi: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Seperti ketika membaca puisi, mustasyar PBNU ini menyorotkan mata lurus ke depan dengan kepala serta bahu diangkat saat membacakan hadits yang artinya ini: “Orang-orang yang menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi).
Terlerbih ketika membaca poin pertama Risalah Sarang. Dia bacakan dengan suara yang penuh penghayatan perasaan.
“Nahdlatul Ulama senantiasa mengawal Pancasila dan NKRI serta keberadaannya tidak dapat bisa dipisahkan dari keberadaan NKRI itu sendiri. Nahdlatul Ulama mengajak seluruh ummat islam dan bangsa Indonesia untuk senantiasa mengedepankan pemeliharaan negara dengan menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi berbagai masalah. Toleransi, demokrasi dan terwujudnya akhlakul karimah dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat harus terus diperjuangkan bukan hanya demi keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia ini saja, tetapi juga sebagai inspirasi bagi dunia menuju solusi masalah-masalah peradaban yang dihadapi dewasa ini.”
Puncaknya adalah ketika membacakan poin keempat. Ribuan orang hadirin yang berada di luar ruang pertemuan dan hanya mendengarkan lewat perangkat sound sistem pun bisa merasakan betapa kuat pesan yang hendak disampaikan dari intonasi bacaan yang begitu menggetarkan.
“Para pemimpin negara, pemimpin masyarakat, temasuk pemimpin Nahdlatul Ulama agar senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat dengan senantiasa arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab adil dan amanah dengan menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI,” ucap Gus Mus dengan intonasi nada yang kuat.
Simpulan atas rasa penekanan itu diungkapkan oleh beberapa orang yang diwawancarai NU Online, usai penutupan. Di antara yang menyatakan demikian adalah Mung Paryono (53), seorang santri asal Semarang yang duduk persis di depan pintu masuk ruang pertemuan.
“Saya benar benar merasakan betapa kuat topik akhlak ditekankan dalam Risalah Sarang. Intonasi Gus Mus saat membaca begitu terasa penekanannya,” tutur warga NU yang rajin menghadiri setiap perhelatan ulama ini.
Hal senada disampaikan Triwibowo (44), penulis sastra asal Yogyakarta yang hadir sejak sehari sebelum acara. Warga NU yang biasa dipanggil Mbah Kanyut ini mengatakan, Risalah Sarang sesungguhnya adalah wujud nasihat para ulama untuk seluruh keluarga besar NU maupun umat Islam pada umumnya agar kembali ke ajaran sejati Kanjeng Nabi. Yaitu berakhlak mulia, sebagaimana misi diutusnya Rasulullah Muhammad di dunia.
“Isi Risalah Sarang sesungguhnya nasehat agar kita semua instrospeksi. Para kiai telah memberi nasehat untuk NU maupun bangsa,“ ujarnya.
Berikut isi lengkap Risalah Sarang
Hasil pertemuan kyai sepuh (yg disebut dg risalah Sarang) di dalem Mbah Mun yg dibacakan oleh KH. Mustofa Bisri.
Berikut ini risalah Sarang:
- Nahdlatul Ulama senantiasa mengawal Pancasila dan NKRI serta keberadaannya tidak dapat bisa dipisahkan dari keberadaan NKRI itu sendiri. Nahdlatul Ulama mengajak seluruh ummat islam dan bangsa Indonesia untuk senantiasa mengedepankan pemeliharaan negara dengan menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi berbagai masalah. Toleransi, demokrasi dan terwujudnya akhlakul karimah dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat harus terus diperjuangkan bukan hanya demi keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia ini saja, tetapi juga sebagai inspirasi bagi dunia menuju solusi masalah-masalah peradaban yang dihadapi dewasa ini.
- Lemahnya penegakan hukum dan kesenjangan ekonomi merupakan sumber-sumber utama kegelisahan masyarakat selain masalah-masalah sosial seperti budaya korupsi, rendahnya mutu pendidikan dan sumberdaya manusia, meningkatnya kekerasan dan kemerosotan moral secara umum. Pemerintah diimbau agar menjalankan kebijakan-kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut termasuk dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada yang lemah (affirmatif) seperti reformasi agraria, pajak progresif, pengembangan strategi pembangunan ekonomi yang lebih menjamin pemerataan serta pembangunan hukum ke arah penegakkan hukum yang lebih tegas dan adil dengan tetap menjaga prinsip praduga tak bersalah dalam berbagai kasus yang muncul. Penyelenggaraan negara oleh pemerintah dan unsur-unsur lainnya harus senantiasa selaras dengan tujuan mewujudkan maslahat bagi seluruh rakyat (tasharraful imam manutun bi maslahatirroiyyah).
- Perkembangan teknologi informasi, termasuk internet dan media-media sosial, serta peningkatan penggunaannya oleh masyarakat membawa berbagai manfaat seperti sebagai sarana silaturahmi nasrul ilmi taawwun alal birri dan sebagainya, tetapi juga mendatangkan dampak-dampak negatif seperti cepatnya penyebaran fitnah dan seruan seruan kebencian, propaganda radikalisme, pornografi, dan halhal lain yang dapat merusak moral dan kerukunan masyarakat. Pemerintah diimbau untuk mengambil langkah-langkah yang lebih efektif baik dalam mengatasi dampak-dampak negatif tersebut maupun pencegahanpencegahannya. Pada saat yang sama para pemimpin masyarakat dihimbau untuk terus membina dan mendidik masyarakat agar mampu menyikapi informasiinformasi yang tersebar secara lebih cerdas dan bijaksana sehingga terhindar dari dampak-dampak negatif tersebut.
- Para pemimpin negara, pemimpin masyarakat, temasuk pemimpin Nahdlatul Ulama agar senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat dengan senantiasa arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab adil dan amanah dengan menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI.
- Para ulama dalam majlis ini mengusulkan diselenggarakannya forum silaturrahmi di antara seluruh elemen-elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai permasalahan yang ada, mencari langkah-langkah antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan perkembangan di masa depan serta rekonsiliasi diantara sesama saudara sebangsa. Nahdlatul Ulama diminta untuk mengambil inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut.
(Ichwan/Mahbib)