Serba-serbi

Memadukan Keislaman-Keindonesiaan dari Perjuangan Pendiri NU

Ditengah konstelasi politik nasional yang menghangat akhir-akhir ini, Jasa KH Hasyim Asyari mulai dilupakan dalam proses memadukan keislaman dan keindonesiaan.  Padahal, proses penyusunan rumusan dasar negara, pembentukan Kementerian Agama, hingga sinkronisasi pendidikan nasional dan pendidikan Islam selama ini, adalah buah dari pemikiran KH Hasyim Asyari.

"Pak Wahid Hasyim yang berperan dalam proses-proses itu, adalah mewakili pemikiran Mbah Hasyim," ungkap salah satu putra KHA Wahid Hasyim, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, saat melaunching Pusat Kajian Pemikiran KH Hasyim Asy'ari di Ponpes Tebuireng Jombang, Minggu (5/2/2017).

Menurut Gus Sholah, sikap NU dalam mempertahankan NKRI sudah sangat jelas. NU sebagai ormas Islam pertama yang menerima Pancasila secara resmi pada 1984 juga bagian dari sentuhan dan jasa Mbah Hasyim. Sebab, sikap NU itu didasarkan pada dokumen tentang hubungan Islam dan Pancasila yang ditulis oleh KH Ahmad Siddiq, yang juga salah satu murid dari Mbah Hasyim.

Gus Sholah melanjutkan, proses akomodasi substansi syariah Islam ke dalam sejumlah UU, seperti UU Perkawinan dan UU Peradilan Agama, yang dipelopori oleh KH Bisri Syansuri dan KH Wahab Chasbullah, juga tidak bisa dilepaskan dari peran Mbah Hasyim. Sebab, keduanya juga murid beliau.

"Saya mengambil kesimpulan, bahwa yang memadukan Islam dan Indonesia adalah Mbah Hasyim. Seandainya Kiai Ahmad Siddiq, Kiai Bisri Syansuri dan Kiai Wahab Chasbullah bukan murid Mbah Hasyim, mungkin akan lain ceritanya," beber Gus Sholah.

Perpaduan Islam dan Indonesia itu, tambah Gus Sholah, saat ini sedang ada yang coba merenggangkannya. "Kalau sampai upaya untuk melonggarkan sendi-sendi itu terjadi, saya khawatir bangsa kita akan mengalami lagi turbulensi," ungkapnya. 

Untuk itulah, peresmian pusat kajian ini juga diisi dengan penyampaian Pesan Kebangsaan Pesantren Tebuireng. Dokumen berisi enam poin penting itu dibacakan langsung oleh Gus Sholah di akhir acara.

Hadir dalam acara tersebut, mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan, mantan Purek I dan saat ini Direktur Pascasarjana UIN Jakarta Masykuri Abdillah. Juga wakil Rektor Unhasy Haris Supratno dan wakil pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz. (*)

LTN-NU Kota Malang

Lembaga Ta'lif wan Nasyr PCNU Kota Malang

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button