Opini

Tantangan Pemuda sebagai Tunas Bangsa

Sebagai bakal penerus bangsa, pemuda saat ini adalah sebuah tunas tanaman yang tumbuh dan perlu asupan nutrisi yang seimbang dan perlu memiliki lingkungan yang stabil. Nutrisi yang seimbang didapat dari banyak hal salah satunya makanan yang sehat dan bergizi, ilmu yang bermanfaat, pengalaman dan nasehat dari orang tua. Beberapa aspek
tersebut mendorong pemuda sebagai tunas akan terus tumbuh secara baik sesuai fasenya dan akan berkembang menjadi pemuda yang aktif dan kreatif.

Tunas-tunas muda Indonesia saat ini sudah banyak “mati” sebelum mampu bertahan ataupun mengembangkan potensi dirinya. Tunas-tunas muda Indonesia sangat terlena dengan perkembangan teknologi yang ada, gaya hidup yang mengenakan dan
informasi bohong ataupun hoax. Kematian tunas-tunas muda Indonesia juga ditengarai berasal dari siaran televisi yang mendewasakan tunas-tunas muda ini sehingga pemikiran ataupun perilaku yang semestinya dilakukan oleh tunas-tunas muda ini. Mereka telah melampaui umur mereka untuk mengetahui ataupun mendapatkan informasi informasi yang bukan sebagai asupan mereka. Informasi ataupun siaran tersebut merupakan
pencemaran yang dapat merusak generasi muda Indonesia.

Siaran siaran televisi yang tak berkualitas dan mendidik serta pendidikan yang rendah juga menjadi fenomena yang semakin menjamur dan semakin banyak. Pola pengaruh tontonan televisi juga pun sangat besar terhadap tumbuh kembang anak-anak muda Indonesia. Selain hal tersebut ujaran kebencian serta perundungan di media sosial juga
semakin tinggi meskipun terkadang hanya sebatas guyonan semata juga menjadi faktor “perusak” bagi pemuda Indonesia.

Banyak pemuda yang baru memulai usaha untuk menyampaikan atau mengekspresikan potensinya ataupun prestasinya yang muncul di hadapan khalayak ramai melalui media sosial ataupun YouTube seringkali mendapat cemoohan dan hinaan tentang bagaimana mereka
berekspresi. Terkadang pula norma sosial yang ada di masyarakat kita masih kurang mendalam sehingga apresiasi sosial untuk tetangga ataupun orang lain masih sangat minim, mereka menganggap merekalah yang merupakan ahli di bidang tersebut meskipun hanya berbekal dari sumber yang ada di internet.

Pemuda ataupun tunas-tunas muda yang mendapat serangan tersebut
biasanya akan mendapatkan trauma mental yang mengakibatkan mereka menjadi pendiam ataupun pemurung karena hal yang dilakukannya mendapat respon “negatif” dari masyarakat sehingga tidak ingin memperbaiki ataupun mencari inovasi lain agar karya ataupun potensinya lebih berkembang dengan baik.

Asupan nutrisi yang baik seperti saat ini kurang didukung oleh adanya lingkungan yang baik dalam
perkembangan kehidupan anak-anak muda yang menjadi tunas pemimpin Indonesia di masa depan masyarakat kita saat ini cenderung semakin mengarah ke sifat individu alistis dan materialisme. Sifat-sifat tersebut yang menjadikan segala sesuatu yang sebenarnya salah bisa dirubah demi selembar uang tanpa memikirkan dampak yang diakibatkan dari perilaku yang dilakukannya.

Pemuda Indonesia saat ini bukan
melawan bangsa lain untuk menjadi maju akan tetapi melawan bangsanya sendiri yang memiliki budaya yang semakin mundur karena sifat serakah dan egois. Bukan melawan Amerika ataupun Rusia melainkan melawan kemalasan dan perundungan yang dilakukan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

Pemuda Indonesia harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk membangun Indonesia di ke
depannya nanti, bonus demografi yang akan kita dapat pada tahun 2045 tentunya menjadi berkah sekaligus ancaman. Ketersediaan pangan dan sumberdaya yang semakin menipis menjadi tantangan untuk dapat bertahan hidup di tengah perang global untuk mendapatkan sumberdaya yang saat ini menjadi fenomena yang semakin sering terjadi. Setiap negara tidak ingin negaranya menjadi kelaparan sehingga pemuda-pemuda mereka
tak dapat nutrisi yang bergizi dan seimbang.

Pemuda Indonesia harus sadar akan fenomena ini jangan hanya terpaku pada sesuatu yang sudah ada dan tersedia. Pikirkan lah ketika yang ada di hadapanmu akan lenyap dan menghilang. Pemuda Indonesia tidak perlu iri dengan negara tetangga yang mendapat kan fasilitas dan lingkungan yang baik untuk mendukung tumbuh kembang
mereka. Pemuda Indonesia harus mampu menjadi pelopor bagi pemuda lain tanpa harus memikirkan cibiran dari segelintir orang yang menjadi batu sandungan bagi kemajuan pribadi mereka.

Tantangan saat ini adalah lindungilah tradisi budaya asalmu jangan merubah ataupun melenceng dari budaya lama mu, karena budaya lama mengajar kan untuk menjadi sosok pemimpin yang baik. Ambil budaya
lain hanya untuk menjadi menambah budaya lama bukan mengikuti budaya baru yang sangat tidak mendidik dan jauh dari kata baik. Jadilah pemuda yang kritis akan ilmu tapi ingat adab mencari ilmu, jadilah pemuda yang sehat bukan pemuda yang malas berolahraga. Jadilah pemuda pelopor bukan follower.

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :

Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu,
Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
Hidupmu sebelum datang kematianmu.”

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)

Manfaatkanlah 5 perkara tersebut untuk menjadi bekal menghadapi kerasnya hidup.

Salam belajar,berjuang, bertaqwa

M. Taufik – IPNU Universitas Brawijaya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button