AswajaHeadline

Kuliah Umum: Islam Nusantara, Radikalisme, dan Geo Politik Global

KH. Said Aqil Siradj sedang memaparkan materi Islam Nusantara di UINSA Surabaya (5/3).

Ketua Umum PBNU yang juga Guru Besar H.C UIN Sunan Ampel, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA mengisi kuliah umum di UIN Sunan Ampel (UINSA), Surabaya, Senin (5/3). Kuliah umum ini membahas tema “Islam Nusantara, Radikalisme dan Geo Politik Global”, acara ini dihadiri ratusan mahasiswa Pascasarjana UINSA.

Direktur Pascasarjana UINSA, Prof. DR. H Husein Aziz, M.Ag., memberikan sambutan sekaligus membuka acara tersebut, dalam sambutannya Husein Aziz mengatakan “Tema yang kita ambil Islam Nusantara, Tema ini kita ambil karena maraknya Radikalisme. Radikalisme yang ada di kampus itu karena kehausan ideologi, orang haus itu akan minum apa saja yang disajikan meskipun basi, nanti baru sadar setelahnya,” paparnya

Orang haus ideologi, lanjut Husein Aziz, jangankan Radikalisme ISIS pun akan dimasuki, oleh karena itu Islam Nusantara perlu kita sosialisikan lagi

“Mengaharapkan dengan adanya kuliah bertama Islam Nusantara ini dapat membangun paradigma untuk kita dan masyarakat,” pungkasnya

Dalam kesempatan kuliah umum ini KH Said Aqil memaparkan, sejarah, politik, budaya Timur Tengah dan perjuangan Rasulullah dalam menyatukan umat

“Yang namanya Umat yang dimaksud Nabi Muhammad yaitu Umat secara keseluruhan baik muslim maupun non muslim, Rasulullah mengajak bersatu, konsiliasi, bukan membenturkan antara umat muslim dan umat non muslim,” kata KH Said Aqil dalam kuliah umumnya.

“Rasulullah tidak pernah mendirikan negara Islam, yang didirikan Rasulullah Citizenship kewarganegaraan, yaitu Negara Madinah,” lanjut Kiai Jebolan Universitas Umul Quro ini.

“Islam Nusantara bukan mazhab, bukan aliran, tapi tipologi, mumayyizaat, khashais,” terangnya.

Kang Said menegaskan bahwa Islam Nusantara bukanlah Islam yang anti-Arab dan Islam yang benci Arab. “Islam yang santun, berbudaya, ramah, toleran, berakhlak, dan berperadaban. Inilah Islam Nusantara, mari kita jadikan budaya sebagai infrastruktur agama, kita jadikan Indonesia jadi kiblatnya budaya,” kata Said Aqil

Ia pun memberi contoh, misalnya sarung atau baju batik sebagai bentuk budaya. Sarung digunakan untuk solat dan beribadah.

“Jangan dibalik. Agama untuk budaya, gamis untuk demo, itu enggak bener,” ucapnya disambut tawa mahasiswa dan dosen

KH Said Aqil menutup kuliahnya dengan mengajak mahasiswa dan para intelektual untuk memecahkan persamaan bangsa,

“Tantangan kita ada empat, kedzaliman dalam berpolitik, kedzaliman bidang ekonomi, kedzaliman dibidang moneter, kedzaliman dibidang Ilmu,” tutupnya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button