Opini

Tawaran Politik untuk Kyai: Kisah Kyai Hamid dan Kyai Masduqi

Kyai Masduqi Mahfudz

Suatu ketika KH. Masduqi Mahfudz, kedatangan tamu dari elit politik di kediaman beliau. Mereka bermaksud memohon Kyai Masduqi selaku Pengasuh PPSS Nurul Huda Mergosono yang saat itu menduduki jabatan penting di PWNU Jawa Timur untuk berkenan menjadi anggota DPR dari partai penguasa waktu itu. Mendengar tawaran tersebut, beliau tak langsung mengiyakan, namun meminta waktu untuk mempertimbangkannya, karena saat itu ayah dari 9 anak ini terhitung aktif sebagai dosen di IAIN Sunan Ampel Malang (Sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) disamping mengasuh pesantren.

Maka setelah beberapa saat merenung, muncullah petunjuk untuk membawa permasalahan ini ke seorang ulama besar dari Kota Pasuruan yang terkenal akan kewaliannya, yakni KH. Abdul Hamid Pasuruan. Kyai Masduqi meski dikenal sangat dalam keilmuannya, dan teguh pendiriannya, masih begitu tawadlu’ untuk mengkonsultasikan problematika kehidupannya kepada ulama lain, seperti KH. Ali Maksum Krapyak, Habib Alwi A-Idrus Malang, KH. Oesman Mansyur dan termasuk KH. Abdul Hamid itu sendiri.

Tak berselang lama, berangkatlah beliau ke Pasuruan. Sesampai disana, di luar dugaan, ternyata Kyai Hamid sudah menunggu Kyai Masduqi di depan rumahnya, dan tiba-tiba Kyai Hamid berteriak:

“Banjir-banjir! lek gak iso nglangi gak usah nyemplung”
(Banjir-banjir kalau tidak bisa berenang, tidak usah menyelam)

Setelah seruan tersebut Kyai Hamid mempersilahkan Kyai Masduqi masuk. Kemudian Kyai Hamid menjelaskan maksud perkataan beliau.  Ayah dari KH. Idris Hamid ini menyarankan Kyai Masduqi lebih fokus mengasuh pesantren dan membina masyarakat daripada terjun di dunia politik. Hal ini disimbolkan oleh Kyai Hamid dengan memberikan Sarung dan Minyak Wangi kepada Kyai asli Jepara ini.

Sepulang dari sowan Kyai Masduqi semakin mantap untuk berkhidmah dengan berdakwah lewat berceramah, menulis, mengajar dan mengasuh para santri.

Pernah juga rombongan politikus sowan untuk meminta beliau menjadi tim sukses salah satu pasangan calon. Mereka tidak datang dengan tangan hampa, sekoper uang mereka siapkan untuk Kyai Masduqi sebagai mahar politik. Melihat hal ini Kyai Masduqi berkata “Iki sing garai dungane kyai ora mandi” (Ini yang membuat doa kyai tidak manjur lagi).

Begitulah sekelumit keteladanan dari sosok Kyai Masduqi Mahfudz tidak mudah mengiyakan berbagai tawaran politik. Beliau masih mempertimbangkan nasihat para ulama dalam menyikapi berbagai tawaran politik yang datang pada beliau.

Namun, kisah di atas tak berarti menghalangi seorang ulama untuk berkecimpung di dunia politik. Terkadang ulama juga harus turun dalam politik praktis dengan niat berusaha mengimbangi para politikus yang menyelewengkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Begitulah nasehat yang pernah kami terima dari KH. Abdul Mujib Imron, SH, MH, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Yasini, Pasuruan.

Hal ini juga tercermin dalam Kalam Illahi sebagai berikut:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa’: 58)

 

Abid Muaffan
Santri Backpacker Nusantara

Editor: Kurnia Islami

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Periksa Juga
Close
Back to top button