HeadlineJam'iyyahNasionalWarta

Prof. Julian Millie: Manaqib Menumbuhkan Suasana Intim, kehangatan, dan Inklusif.

Lakpesdam NU Kota Malang bekerja sama dengan Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan The Aswaja Internasional Seminar dengan tema “Islam, Traditionality, and Urbanity,” di Aula Fakultas Humaniora UIN Maliki Malang, Jumat (30/11).

Seminar tersebut mendatangkan tiga pembicara, Assoc. Prof. Dr. Julian Millie (Monash School of Social Sciences, Australia), Prof. Mas’ud Said, Ph.D. (Ketua ISNU Jawa Timur), dan M. Hasan Basri, MA. (Ph.D Student in Western Sydney University). Acara dimoderatori oleh Achmad Tohe, Ph.D (Dosen Universitas Negeri Malang).

Dalam kesempatan tersebut, dipaparkan Prof. Julian, yang mengambil tema tentang Islam Tradisoional: Budaya Manaqib Syeh Abdul Qadir Al Jailani di Sunda. Hasil dari penelitian disertasinya tersebut menyatakan bahwa kegiatan manaqib ini sangat relevan untuk menumbuhkan suasana intim, kehangatan, meriah, dan inklusif.

“Dalam manaqib ada konsep tawasul, yang mana dari sudut pandang antropologi, sangat menarik. Ada tokoh lokal setempat, Pak Rustana, yang menjadi idola untuk memimpin manaqib. Dan keluarga yang memiliki acara, akan sangat bahagia, apabila Pak Rustana membacakan tawasul yang kemudian mendoakan para leluhur keluarga tersebut,” tegasnya.

Menurut dosen lulusan Belanda ini, “Pusat Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang mentradisikan kegiatan Manaqib ini ada di Pondok Suralaya. Dan minimal satu bulan sekali, para jamaahnya berkumpul untuk membaca manqib secara bersama-sama.”

Walaupun menurut penelitiannya, sebagian anak muda Bandung, merasa bahwa budaya manaqib ini kolot, akan tetapi faktanya tetap berlangsung secara turun-temurun. Suasana kekeluargaan dan perasaan saling terbuka, menjadikan manaqib ini sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan bermasyarakat.

Narasumber kedua, Prof. Mas’ud, mengangkat tema tentang pentingnya kurikulum yang tepat untuk pendidikan di Indonesia. Dan kurikulum yang relevan itu adalah doktrin keberagamaan futuristik: Islam Rahmatan Lil Alamin.

“Dunia goncang karena salah doktrin. Baik kesalahan doktrin di bidang agama, politik, ekonomi, maupun pendidikan. Kalau itu tidak diantisipasi akan sangat berbahaya untuk keberlangsungan bangsa dan negara ini. Karena Agama yang dibumbui konflik etnis dan kesenjangan, akan sangat mudah tersulut chaos yang massif” terangnya.

Menurut dosen UNISMA lulusan Flinders University ini, “Konflik bahkan peperangan sekarang ini, bukan antar agama maupun negara, tapi mayoritas sesama pemeluk agama dan antar warga negara. Dan ini bermula dari manusia yang digerakkan oleh doktrin keliru tersebut. Betapa pentingnya lembaga pendidikan untuk mengajarkan doktrin-doktrin yang benar. Dan Islam Rahmatan Lil Alamin, hadir sebagai ajaran yang tepat untuk Indonesia yang majemuk ini. Kita perlu bersyukur, bahwa Indonesia itu Bhineka Tunggal Ika. Itu harus terus kita jaga dan rawat.”

Penutup dalam seminar yang berlangsung hangat tersebut, paparan dari Hasan Basri. Santri Alumni Pondok An-Nuqoyah Guluk-Guluk ini, mengambil tema tentang Green Islam, Green Pesantren. Menurut beliau, Islam di Indonesia adalah Green Islam terbesar di dunia. “Dunia yang sedang mengalami sekarat, karena ulah tangan manusia yang mengeksploitasinya secara berlebihan,” ungkap Dosen UNUSIA Jakarta.

“Pesantren dan para tokoh agamawan harus hadir dan memberikan solusi atas keberlangsungan penghijauan di dunia ini. Bisa dimulai dari penanaman pohon, seperti yang dilakukan di pesantren An-Nuqoyah Guluk-Guluk. Pada waktu saya awal modok dulu, santri diwajibkan untuk menanam tiga pohon. Dan diberikan tanggung jawab untuk mengurus pohon tersebut sampai besar,” tutur peneliti dalam bidang Green Pesantren ini.

Acara berlangsung siang sampai sore. Hadir dalam acara tersebut Rais Syuriah PCNU Kota Malang, KH. Chamzawi, Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang, KH. Dr. Isroqunnajah, Wakil Dekan 1 Fakultas Humaniora yang juga Ketua Lakspedam NU Kota Malang, Dr. Faisol Fatawi, dan para tokoh masyarakat. Juga tampak  hadir civitas akademika UIN Maliki Malang, para pengurus NU, para mahasiswa, serta para peserta yang berasal dari luar kota Malang. [Achmad Diny H]

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button