EventHeadline

Dahulu, Malang Menjadi Barometer Pendidikan Madrasah

MALANG – Dinginnya Malang ternyata bukan satu-satunya yang dikenal luas sejak zaman dulu. Pesatnya perkembangan pendidikan Islam, dalam hal ini madrasah, menjadi ikon penting tumbuhnya kesadaran masyarakat Islam.

Dua madrasah yang dirintis sekitar tahun 1921 dan berkembang pesat hingga 1938 adalah Madrasah Muslimin Nahdlatul Wathan (sekarang MINU Jagalan) yang dirintis oleh KH. Nachrowi Thohir di atas tanah yang diwakafkan oleh mertuanya bernama KH. Abdul Hadi. Madrasah yang kedua adalah Madrasah Misbachul Wathan (Pelita Tanah Air) yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari. Madrasah ini didikisahkan berdiri pada tahun 1923 oleh KH. Masjkur.

“Yang menarik dari kedua madrasah ini adalah, santri-santrinya (sekarang disebut siswa) sudah cukup banyak untuk ukuran waktu itu dengan pantauan langsung oleh KH. A. Wahab Hasbullah melalui jaringan alumni Pesantren Jamsaren,” tandas Abdur Rahim saat memberikan pemaparan tentang manaqib KH. Masjkur dan KH. Nachrowi Thohir.

Masih menurut Kang Idung, sapaan akrabnya, saat di Jamsaren itulah kedua tokoh dari Malang tersebut menempa dirinya dalam komunitas-komunitas kecil yang terdiri dari sekitar tujuh orang. Kendati KH. Masjkur dan KH. Nachrowi Thohir belum terkonfirmasi semasa pada saat di Jamsaren tetapi keduanya memiliki jaringan intelektual yang sama yang pada saat di Malang menjadi jaringan organik dalam menggerakkan madrasah. Bahkan, kelak mengisi-mengisi jawatan kewedanan (sekarang KUA/Kemenag) di beberapa wilayah Jawa. Kecuali beberapa orang yang tetap fokus di Malang untuk mengembangkan madrasah.

“Kelompok halaqoh atau diskusi saat nyantri di Jamsaren inilah, kelak turut membantu Kiai Nachrowi dalam mengembangkan pendidikan di Jagalan. Sementara KH. Masjkur, kelak, saat keliling gerilya sebagai Komisaris Pemerintah Pusat Djawa (KPPD, mendapat mandat penuh dari Presiden Soekarno untuk menggantikan posisinya yang ditawan tentara Sekutu) juga menggerakkan jaringan kiai-kiai yang memiliki jawatan kewedanan di beberapa daerah sebagai anggota Barisan Sabilillah,” imbuh pria asal Lumajang ini.

Jadi, imbuhnya, masuknya nama KH. Masjkur dan KH. Nachrowi sebagai tokoh Malang yang pernah menjadi Ketua Umum PBNU tentu bukan tanpa alasan. Keduanya memiliki jaringan organik yang kuat sejak nyantri hingga kelak memimpin NU di level nasional.

Dikisahkan beberapa orang santri Jamsaren yang ditarik ke Malang antara lain, Syaikh Abbas Syato dari Mesir, Kiai Badrussalam, Kiai Syukri Ghozali, Kiai Damanhuri, Kiai Mustafid, Kiai Syamsuri, Kiai Murtadi Bisri dari Blitar, dan beberapa nama lainnya.

Pemaparan sejarah dan manaqib tokoh NU Malang ini pada saat I’tikaf Ramadhan dan Tadarus Fikroh Nahdliyyah yang diselenggarakan pada Senin, 10/4/2023 atau 20 Ramadhan 1444 H. Kegiatan ini diselenggarakan untuk mengisi sepuluh malam kedua di Musholla PCNU Kota Malang.

LTN-NU Kota Malang

Lembaga Ta'lif wan Nasyr PCNU Kota Malang

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button