EventHeadlineWarta

Dinamika Pemikiran Pesantren Terus Berkembang. Inilah Refleksi HSN 2023!

MALANG- 28/10/2023 Berbagai kalangan mulai dari santri, mahasiswa, dosen, peneliti, aktivis, dan pegiat literasi berkumpul di Aula Perpustakaan Universitas Brawijaya. Mereka antusias menghadiri Seminar dan Kajian Pesantren yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat (PSP2M), Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT PKM) Univeristas Brawijaya, Lakpesdam NU Kota Malang, dan Cita Intrans Selaras (Intrans Publishing Group).

Menurut penjelasan dari Ketua Panitia, Muhammad Lukman Hakim, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2023. “Kegiatan ini melibatkan banyak pihak dan dikumpulkan dalam momentum yang sama yaitu hari santri.”

Menurut Lukman, sapaan akrab dosen Mata Kuliah Umum Universitas Brawijaya (MKU UB) tersebut, kegiatan hari santri yang mengangkat isu-isu pemikiran sangat jarang ditemukan di berbagai tempat. “Ini relevan dengan semangat akademik yang ada di kampus.”

Turut hadir dalam kegiatan ini selaku narasumber yaiti KH Mohammad Nafi (Pengasuh Pesma Al-Hikam Malang), Prof Dr Mujamil Qomar (Guru Besar Filsafat dan Pemikiran Islam Modern UIN SATU Tulungagung), Prof Dr KH Ahmad Munjin Nasih (Guru Besar Pemikiran Islam Universitas Negeri Malang) dan Dr Mohammad Anas (Dosen Filsafat dan Sosiologi Modern UB sekaligus Kepala UPT PKM UB).

Kiai Nafi menyampaikan sebuah refleksi tentang diksi-diksi apik yang selama ini dilekatkan pada pesantren perlu menjadi perhatian bersama dalam konteks refleksi yang mendalam terhadap apa yang ada dan sedang terjadi di pesantren.

“Sebab pesantren sudah terlanjur disebut sebagai entitas yang tak pernah ada habisnya untuk dikaji. Mulai dari arus pemikiran, dinamika, dan tradisi yang dipertahankan sekaligus berkembang di dalamnya. Kegiatan ini salah satu upaya untuk mendiskusikan hal itu,” tandas Wakil Rais Syuriah PCNU tersebut.

Sementara itu, dalam kesempatan kedua, Prof Mujamil memaparkan ide dan refleksi yang sudah ditulis dalam ketiga bukunya. Buku tersebut berjudul “Aksiologi Pendidikan Pesantren: Etika dan Internalisasi Nilai Islam di Pesantren,” “Intelegensia Pesantren: Epistemologi Pembaharuan Pesantren,” dan “Arus Utama Pemikiran Pesantren”.

“Masing-masing buku saya ini menghadirkan refleksi dan usulan-usulan baru dalam membangun basis pemikiran pesantren. Ada juga yang menguji ‘capaian’ pendidikan dan kitab kuning yang ada di pesantren,” tegas Ketua STAIN Tulungagung periode 2006-2010 tersebut.

Profesor Mujamil juga menansdaskan bahwa kitab kuning sangat berjasa dalam mewarnai pemikiran pesantren adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Namun, jika menganggap kitab kuning mampu menjawab semua persoalan agama kontemporer, ini perlu dikaji kembali aktualisasi dan relevansinya.

Sementara itu, Profesor Munjin menegaskan arus pemikiran kalangan pesantren bisa dilacak dari tiga kategori yang dirumuskan oleh pemikir muslim, yaitu tekstual, kontekstual, dan liberal. Ketiga arus ini bisa ditemukan di pesantren. Ini bagian dari akar dan dinamika pemikiran Islam di Indonesia.

Adapun Dr Anas memberikan penjelasan mengenai tuduhan stagnasi pemikiran Islam dan pesantren sesungguhnya tidak tepat. Menurutnya, pesantren di Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i memiliki akar pemikiran dan rasionalitas yang kuat. “Ini modal luar biasa untuk mengembangkan pesantren dari aspek pemikiran.”

Kegiatan yang berlangsung gayeng selama tiga jam ini dilengkapi dengan diskusi dan pandangan-pandangan lain dari peserta yang hadir. Hal yang menarik lainnya, antusias peserta ini juga dilengkapi dengan berbagai doorprize produk usaha santri. Mulai dari beberapa buku menarik dari LTN PWNU Jawa Timur & CITILa Grup, juga ada mukena dari kimya.id.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button