Serba-serbi

Harlah Ke 91 NU Berkumandang dari Masjid Sabilit Taqwa Bululawang

Ratusan warga nahdliyin di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang menghadiri pengajian akbar dalam rangka memperingati Hari Lahir ke 91 Nahdlatul Ulama (Harlah ke 91 NU), yang digelar Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Hadir dalam acara tersebut sebagai penceramah, pengurus PCNU Kabupaten Malang, KH Imam Ma'ruf, dari Kepanjen, Kabupaten Malang. 

Dalam acara tersebut, sebelum ceramah agama dimulai, dilangsungkan pembacaan shalawat oleh kelompok hadrah karya kader PAC IPNU Bululawang. Acara digelar di dalam Masjid Besar Sabilit Taqwa Bululawang.

Harlah-NU9xofn.jpg

Sementara itu, dalam ceramahnya KH Imam Ma'ruf menyampaikan, warga nahdliyin untuk terus berjuang menjaga NU. Jika ada informasi apapun soal NU dan kiai NU harus dikroscek kebenarannya. Jangan mudah percaya.

"Warga NU dan pengurus NU harus terus galakkan wiridan. Tidak hanya berjuang untuk NU. Tirakatnya harus juga kuat," katanya.

KH Hasyim Asy'ari, mau mendirikan NU puasa selama tiga tahu. Setahun untuk keluarga, setahun untuk santri-santrinya dan setahun untuk NU. "Apapun bisa berkembang, maju dan sukses karena tirakat. Itu dulu yang berkembang di desa-desa," katanya.

Harlah-NU-A7qMt3.jpg

Zaman dulu, banyak pihak, tokoh masyarakat, terutama tokoh NU ucapannya sangat mustajab alias mudah diterima doanya apa yang diinginkan. Walaupun pakai bahasa Madura.

Makanya jelas Kiai Ma'ruf, jika masyarakat minta doa untuk menyembuhkan penyakit anaknya atau saudaranya hanya pakai doa bahasa jawa atau madura bisa sembuh. "Hal itu karena tirakat. Saat ini yang demikian sudah hilang," katanya.

Zaman dulu, umat sangat butuh NU dan kiai NU. Mengapa? Karena apa yang menjadi kebutuhan umat, langsung dijawab oleh NU. NU bermanfaat untuk umat. "Makanya NU langsung menyebar dan banyak umat yang masuk NU," katanya.

Jika pada setiap tokoh NU sudah hilang mujarabnya, maka susah memberikan yang terbaik kepada umat. "Istighatsah harus terus digalakkan. Warga nahdliyin jangan meninggalkan ditinggalkan," katanya.

Umat saat ini katanya Kiai Imam Ma'ruf butuh tokoh kharismatik, berwibawa dan mujarab layak menjadi panutan. Lalu mengapa tokoh sekarang hilang karakter demikian? Hal itu yang harus dipikir dan dipelajari mengapa karakter demikian hilang pada sosok tokoh saat ini.

Tradisi para ulama terdahulu harus menjadi panutan dan ditiru. Misalnya, puasa Senin-Kamis. Istiqomah shalat Tahajjud dan membaca surat khafi. "Hal itu yang hilang saat ini," katanya.

Karena terlalu sibuk dengan aktivitas duniawi, yang menghilangkan ibadah-ibadah lama yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. "Monggo saling doakan bagaimana bisa meniru ibadah yang dilakukan ulama NU terdahulu. Habis shalat magrib jangan sibuk lihat senetron. Jarang baca manakib. Ini kondisi umat saat ini," katanya.(*)

LTN-NU Kota Malang

Lembaga Ta'lif wan Nasyr PCNU Kota Malang

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Periksa Juga
Close
Back to top button