MALANG – Kajian rutin Bulan Ramadhan yang diberi nama “I’tikaf Ramadhan dan Tadarus Fikroh Nahdliyyah” telah memasuki malam kelima. Salah satu topik kajian adalah kitab “Risalah Ahlusunnah wal Jama’ah” karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Pada malam kelima ini, sampailah pembahasan pada keharusan untuk berhati-hati dalam mengambil ilmu (agama).
KH. Yazid Basthami yang menjadi narasumber (pembaca kitab) pada sesi ini menyampaikan bahwa KH. M. Hasyim Asy’ari sudah memberikan batasan-batasan atau konsep-konsep bagi umat Islam terutama kalangan Nahdliyyin agar selalu berhati-hati dalam mempelajari ilmu agama.
“Orang NU tidak boleh sembarangan dalam menuntut ilmu terlebih ilmu agama. Pastikan terlebih dahulu kealiman dan sanad gurunya terlebih dahulu. Sebab dengan begitu, agama ini termasuk tradisi-tradisi NU akan terjaga,” tegas Kiai Yazid.
Kiai Yazid kemudian membacakan nash dari Ibnu Asakir yang meriwayatkan bahwa Imam Malik ra berkata, “Jangan mengambil ilmu dari pelaku bid’ah. Jangan mengambilnya dari orang yang tidak diketahui siapa gurunya. Jangan pula mengambilnya dari orang yang berdusta tentang ucapan manusia, kendati tidak berdusta tentang ucapan Rasulullah Saw.”
“Ini pernah dinyatakan oleh Ibnu Sirin rahimahullah, bahwa ‘Ilmu ini adalah agama. Jadi, telitilah dari siapa kamu mengambil agamamu.’ Sebagaimana juga Ad-Dailami meriwayatkan dari Ibnu Umar ra secara marfu’ bahwa ‘Ilmu adalah agama. Dan shalat adalah agama. Jadi, telitilah dari siapa kamu mengambil ilmu ini. Dan bagaimana kamu menunaikan shalat ini, karena kamu akan ditanya pada Hari Kiamat. Jadi, jangan meriwayatkannya selain dari orang yang telah teruji keahliannya sebagai orang yang adil, terpercaya dan mumpuni.”
Kiai Yazid juga menceritakan bahwa dirinya bangga karena pernah nyantri kepada KH. Maemun Zubair Sarang. Setidaknya, ia telah menjalankan apa yang telah dipesankan oleh Hadratussayikh untuk mengutamakan kredibilitas guru dengan menentukan kualitas keilmuan dan keabsahan.
“Sebab, jika kita salah berguru, akan mengakibatkan kerancuan keilmuan terutama menyangkut ajaran agama. Wallahu a’lamu.” Tutup Kiai Yazid mengakhiri pengajian kitabnya.