HeadlineJam'iyyahWarta

Gandeng LPMQ, PCNU Kota Malang Gelar Diseminasi Hasil Kajian Al-Qur’an dan Dinamika Sosial

Para pemateri sedang memberikan pemaparan (ki-ka : Gus Nafi, Pak Muchlis, Gus Mujab, dan Gus Is)

Malang (numuda.com) – PCNU Kota Malang bekerja sama dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, menggelar Diseminasi Hasil Kajian Al-Qur’an dan Dinamika Sosial (Menakar Peran Kementerian Agama​ Republik Indonesia) di Aula Pesma Al Hikam, Malang.

Acara Diawali dengan, pembacaan Al-Quran dan sambutan oleh tuan rumah, Gus Hilman Wajdi. Acara ini berlangsung pada Selasa, 9 Mei 2017, pagi hingga siang, dihadiri oleh Pengurus PCNU Kota Malang, Akademisi, Guru, Pegawai Kementerian Agama, Mahasiswa, maupun tamu undangan yang lain. Narasumber yang mengisi yaitu KH. Drs. M. Nafi (Pengasuh PP. Al Hikam Malang), KH. Dr. Isroqunnajah (Ketua PCNU Kota Malang), KH. Dr. Muchlis M. Hanafi (Kepala LPMQ), dan moderator KH. Dr. Mujab Mashudi (Dosen Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).
“Kegiatan ini dihelat untuk membumikan Al-Qur’an agar selain untuk dipelajari secara komprehensip terutama juga agar bisa diamalkan oleh kita semua. Al Hikam merasa terhormat menjadi tuan rumah kegiataan ini. Harapannya, diseminasi ini bisa memberikan manfaat dan kontribusi untuk kemajuan umat Islam,” papar Gus Andik, panggilan putra Almarhum KH. Hasyim Muzadi ini.
Pemateri pertama, Gus Nafi, memaparkan fenomena di masyarakat yang mempelajari Al-Qur’an dengan baik, walaupun belum sempurna. “Masih cenderung sebagai bacaan. Dimana perkembangan TPQ, tempat-tempat pengkajian Al-Qur’an banyak bertebaran. Cara pandang terhadap Al-Qur’an ini haruslah menggunakan worldview yang benar. Yaitu Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang berbeda dengan manuskrip yang lain, sehingga mempelajari Al-Qur’an ini harus syumul (komprehensif). Sistematika pembelajaran Al-Qur’an itu dimulai dari membaca, tahsinul Qur’an, dan tahqiqul Qur’an”.

 

“Tafsir ilmi yang digagas oleh LPMQ ini sudah sangat baik, sebagai upaya Ijtihad Jama’i. Ada usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat tafsir tematik. Akan tetapi jangan sampai Al-Qur’an itu ‘ditunggangi’ oleh ilmu-ilmu itu tersendiri. Tapi Al-Qur’an harus menjadi inspirasi dan motor penggerak yang melahirkan ilmu-ilmu yang ada” tutur Pengasuh Pesma Al Hikam yang juga Rais Syuriah PCNU Kota Malang ini.

 

Pemberian cinderamata berupa kitab Al-Qur’an dari LPMQ kepada Pesma Al Hikam Malang

 

Pemateri kedua, Gus Is, mencoba membedah Al-Qur’an supaya bisa membumi. “Perlu upaya yang serius untuk membumikan Al-Qur’an agar tidak terkesan eksklusif. Tanpa bermaksud simplifikasi, bahwa Al-Qur’an itu secara komprehensif adalah sebagai pedoman hidup, panduan hidup, bahkan motivasi hidup. Al-Qur’an sebagai kitab suci yang eternalitasnya tiada banding. Bahwa siapapun tidak akan pernah mampu untuk menandinginya. Al-Qur’an adalah ruh, spirit, dan pelita kehidupan.”

 

“Al-Qur’an mengintroduksi konsep-konsep kosmologis dan teologis. Bahwa alam ini adalah ayat-ayat kauniyah Allah. Sampai suatu kesimpulan bahwa ma kholaqta hadza batila (tidak ada sesuatu yang sia-sia atas segala yang diciptakan Allah swt). Al-Qur’an memberikan tugas kekhalifahan agar manusia dan lingkungan bisa hidup harmoni. Tugas yang lain manusia sebagai Abdullah, dimana drama kehidupan itu skenarionya adalah sama. Sejarah yang di ceritakan Al-Qur’an itu endingnya adalah wal aqibatu lit taqwa (dan akibat [yang baik] itu adalah bagi orang yang bertakwa” pungkas Direktur Ma’had Aly UIN Malang ini.

 

Pemateri terakhir, dari Kepala LPMQ yang juga Alumni Pondok Gontor mengupas secara sekilas sejarah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Walaupun secara de jure lembaga ini baru berdiri tahun 2007, namun secara fungsi lembaga ini sudah ada sejak 1957. Lajnah ini memiliki tujuan utama yaitu menjaga Al-Qur’an, baik terjemahan, tafsir, mushaf standar Indonesia, hasil cetak maupun elektronik atau digital dengan melakukan pentashihan, pembinaan, dan pengawasan.

 

“Cara memperlakukan Al-Qur’an itu idealnya komprehensif. Di Indonesia ini ada fenomena mempelajari Al-Qur’an secara gegap gempita. Tapi ada keterputusan setelah orang belajar membaca Al-Qur’an ini. Lajnah mencoba mengisi ruang kosong yaitu pemahaman Al-Qur’an. Saya istilahkan tajwid. Dari tajwid bacaan ke tajwid amalan,” tutur Alumni Al Azhar Mesir ini.

 

“Ada trilogi interaksi Al-Qur’an, yaitu 1) baca dan hafal Al-Qur’an; 2) pemahaman dan penafsiran Al-Qur’an; 3) mengamalkan dan mendakwahkan Al-Qur’an. Kita perlu memperlakukan Al-Qur’an secara adil dan proporsional. Semangat menyebarkan Al-Qur’an itu perlu selaras dengan kapasitas keilmuannya. Sehingga Al-Qur’an benar-benar menjadi i’jaz hakiki umat Islam yang memberikan manfaat dan rahmat bagi semesta alam,” papar penerjemah Presiden Jokowi pada waktu kunjungan Raja Salman di Indonesia ini.

 

Para peserta berfotobersama usai acara

 

Di akhir acara, ada tanya jawab dan diskusi. Kepala LPMQ ini juga membagikan Tafsir Ilmi hasil kerjasama LPMQ dengan LIPI kepada para peserta. “Sekarang sedang dikembangkanTafsir Tematik, model tafsir kolaborasi ulama dari berbagai disiplin ilmu, seperti ahli tafsir, LIPI, LAPAN, UGM, maupun ITB. Para ahli ini berkumpul untuk diskusi secara mendalam. Alhamdulillah, sudah mengahasilkan sembilan belas judul buku, terkait berbagai tema terutama sains dan teknologi” pungkasnya.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button