SAMPIT–Pagar Nusa Kalimantan Tengah dan Kota Waringin Timur, menyelenggarakan Ijazah Pendekar di Pondok Pesantren Al-Fajar, Parenggean, Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah, pada Sabtu-Ahad (14-15/04/2018). Agenda ini dihadiri oleh KH. Zainal Abidin (Lirboyo, Kediri), Ketua Umum Pagar Nusa, Gus Nabil Haroen, KH. Mun’im (pengasuh pesantren al-Fajar), M. Shohibul Hidayah (Sekretaris Pengurus Wilayah Pagar Nusa Kalimantan Tengah) dan jajaran Pengurus Pagar Nusa Kota Waringin Timur.
Dalam agenda ini, ratusan pendekar Pagar Nusa hadir untuk ijazah dan baiat. Prosesi ijazah dipimpin oleh KH. Zainal Abidin dan KH. Mun’im, didampingi sesepuh pendekar dari Kediri, Kiai Abdul Latif. Prosesi ijazah disambung dengan diskusi dan silaturahmi pendekar, pada Ahad (15/04/2018).
Ketua Umum Pagar Nusa, Nabil Haroen mengungkapkan pentingnya menjaga silaturahmi antar pendekar. “Generasi pendekar Pagar Nusa harus memiliki kecakapan komplit, harus punya kekuatan fisik, intelegensia, sekaligus juga kekuatan spiritual. Untuk itu, penting untuk selalu mendekat dengan kiai-kiai sepuh, menjaga silaturahmi dan meminta doa,” ungkap Nabil.
Pada pembukaan Ijazah Pendekar, Nabil Haroen berpesan agar para pendekar bisa memetakan kekuatan internal dan tantangan eksternal. “Kita jangan sampai berantem dengan teman sendiri, ini pantangan. Musuh kita ada di luar, kita harus berani berkompetisi untuk menghadapi tantangan, mencari solusi atas problem masyarakat. Maka, pendekar Pagar Nusa harus siap menjaga kiai-kiai dan NKRI,” tegas Nabil.
Pengasuh pesantren Lirboyo, KH. Zainal Abidin, mengungkapkan bagaimana kewajiban pendekar sebagai santri. “Pendekar Pagar Nusa harus istiqomah menjaga wirid, menjaga dzikir. Ini penting agar tubuh dan jiwa kita bisa tenang, stabil, dan sekaligus siap dengan tantangan apapun,” ungkap Kiai Zainal Abidin.
Ijazah Pendekar ini diselenggarakan Pagar Nusa Kota Waringin Timur untuk meningkatkan kualitas pendekar, sekaligus silaturahmi dengan kiai-kiai. M. Shohibul Hidayah, Sekretaris PW Pagar Nusa Kalimantan Tengah, menjelaskan bagaimana generasi muda nahdliyyin sangat bergairah berkhidmah di Pagar Nusa. “Kita punya sejarah konflik panjang di Sampit. Konflik berdarah tahun 2001, menjadi ingatan penting warga di kawasan ini. Menjadi pendekar Pagar Nusa merupakan kebanggan bagi anak-nak muda. Ke depan, kami ingin mencetak ribuan pendekar, agar rata di tiap daerah, yang bermanfaat menghidupkan kegiatan-kegiatan Nahdlatul Ulama,” terangnya.
Ijazah Pendekar Pagar Nusa di Kota Waringin Timur/Sampit, menjadi media silaturahmi antar pendekar dan komunitas pesantren (*).