Opini

KRITIK ATAS BUKU TADZKIROH KARYA USTADZ ABU BAKAR BA’ASYIR

Malang -pcnumalangkota.or.id

Akhir – akhir ini,Indonesia terutama kota Surabaya di Jawa Timur di guncang peledakan bom bunuh diri yang mengatasnamakan Jihad. Latar belakang pemahaman seperti apa kah yang menjadi salah satu motivasi mereka melakukan aksi itu mungkin bisa ditelurusi dalam buku buku yang diantara nya dibahas oleh ustadz H. Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I. salah satu pegiat ASWAJA NU Center Jawa Timur. Berikut kami sajikan salah satu karya beliau. Selamat menikmati dan semoga bermanfaat untuk membentengi diri dan keluarga kita dari pemahaman radikal dan ekstrem dalam beragama.

KRITIK ATAS BUKU TADZKIROH KARYA USTADZ ABU BAKAR BA’ASYIR Oleh: H. Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I.
(Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Dosen Universitas Negeri Malang)

Buku Tadzkiroh berpotensi besar menjadi rujukan atau paling tidak mewakili pemikiran sebagian kaum radikalis dan pemikiran radikalisme di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan bentuk dan pola peredaran Tadzkiroh, serta ditemukannya buku ini pada penggeledahan rumah tersangka pelaku bom bunuh diri di tanah air. Seperti dimuat situs al-mustaqbal.net, buku “Tadzkiroh” terdiri dari dua jilid yang saling bertalian. Buku kedua setebal 176 halaman ini ditulis oleh Abu Bakar Ba’asyir sewaktu dirinya masih berada dalam rumah tahanan Bareskrim di Mabes Polri. Tercatat, buku “Tadzkiroh ” jilid 2 pernah dibahas dalam sebuah acara bedah buku, yang lancar-lancar saja pelaksanaannya, yakni pada tanggal 6 Januari 2013, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Buku “Tadzkiroh” jilid 1 dan 2, selain dikirimkan ke berbagai relasi dan simpatisan Abu Bakar Ba’asyir secara terbatas, para aparat keamanan dari pusat hingga jajaran terbawah pun dikirimi pula buku yang sampul depannya berwarna hijau itu. Website al-mustaqbal.net merilis, sejumlah butir yang dimuat dalam buku “Tadzkiroh” jilid 2 memang cukup membuat heboh, karena di dalamnya ada materi yang ditujukan kepada Ketua MPR/DPR RI beserta semua anggotanya yang mengaku muslim; juga kepada aparat thaghut NKRI di bidang hukum, dan bidang pertahanan yang mengaku muslim. Khusus kepada aparat thaghut NKRI di bidang hukum misalnya, Abu Bakar Ba’asyir menyebutnya sebagai murtad, karena tugasnya mendakwa, menuntut, dan menghukum dengan hukum jahiliyah (hukum ciptaan manusia yang bertentangan dengan hukum Allah) dan menyingkirkan hukum Allah atau syariat Islam. Untuk itulah kemudian Abu Bakar Ba’asyir menasehati agar mereka ini segera bertaubat sebelum datang sakaratul maut dan kematian. 2 Selanjutnya Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) melalui Sariyah I’lam telah mengirimkan buku Tadzkiroh ini kepada penguasa. “Buku tadzkiroh tentang bencana ini sudah kami sebar. Mulai dari presiden, pejabat tinggi negara, para menteri, gubernur dan walikota serta sampai tingkat kecamatan khususnya di wilayah Jakarta telah kami kirimkan buku ini,” ujar Ustadz Ahmad Fatih, Juru Bicara JAT. Buku ini juga dicetak dalam jumlah yang banyak, Ustadz Ahmad Fatih menyampaikan bahwa buku ini akan disebar ke seluruh nusantara mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai ke wilayah timur Indonesia. Jamaah Ansharut Tauhid membedah buku ini secara perdana pada hari ini Ahad, 06 April 2014 pukul 08:00 WIB di Masjid Al Hikmah Bekasi Timur seperti yang dilansir di website resmi JAT, www.ansharuttauhid.com.1 Memberi identitas kafir dan thaghut pada simbol-simbol kenegaraan ini, diakui atau tidak, akhirnya memang mengemuka dalam buku “Tadzkiroh” jilid 2 ini. Padahal, pemahaman mengenai thaghut, antara versi Ustadz ABB dengan mayoritas ulama, sejauh ini dianggap berbeda dan malah bertolak-belakang. Aparat kepolisian memberikan sinyal buku ini dilarang peredarannya. Namun meski dilarang, sampai saat ini buku tersebut masih disebarkan melalui beberapa link

Download E-Book di sini

Download

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button