EventHeadline

Prof. KH. Kasui Saiban, Belajar dari Kisah Empat Burung Lambang Nafsu

MALANG – Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang dikaruniai Allah akal dan nafsu. Kedua perangkat ini merupakan faktor yang memperngaruhi derajat kemuliaan manusia di hadapan Allah SWT. Tugas manusia adalah menyeimbangkan antara akal dan nafsu, serta mendayagunakan keduanya untuk meraih keridloan Allah SWT. Hal itu terungkap dari tausiyah Prof. KH. Kasui Saiban, M.Ag dalam kegiatan Pencerahan Ramadhan yang digelar Kamis, 6 April 2023 di Masjid Ahlul Sunnah wal Jamaah Tlogomas.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. KH. Kasui Saiban, M.Ag menjelaskan syariah puasa yang ditetapkan Allah agar manusia bisa mengendalikan nafsu untuk dieliminasi sampai taraf yang minimalis.

“Nafsu juga punya manfaat, tapi juga harus dikendalikan agar bisa terkontrol dan terkendali dengan baik”, jelasnya.

Leboh lanjut, Prof. KH. Kasui Saiban, M.Ag memberikan kisah Nabi Ibrahim dan empat macam burung. Burung pertama, gagak melambangkan keserakahan. Nafsu serakah menjadikan manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas. Maka harus bisa dikendalikan agar tidak serakah.

Burung kedua, Merak adalah lambang kesombongan. Sering menunjukkan kebesaran dan keindahan tubuhnya. Iblis menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Iblis menolak perintah Allah, tidak memandang siapa yang memberi perintah tapi melihat apa perintahnya. Sombong karena harta seperti Qorun, jabatan seperti Fir’aun, ilmu seperti Kan’an, ketaatan.

Burung ketiga, Merpati melambangkan sifat egois. Merasa benar sendiri. Pendapatku benar tapi berpotensi mengandung kesalahan, dan pendapat orang lain salah tapi bisa mengandung kebenaran. Yang kita lakukan harus kita yakini benar,  tapi tidak boleh menyalahkan yang lain.

Burung keempat, Jago adalah lambang nafsu seksual. Nafsu ini tidak harus disumbat atau ditutup, tapi harus disalurkan dengan cara yang benar. Peristiwa Qobil dan Habil adalah lambang peristiwa perebutan perempuan karena kecantikan.

DI akhir tausiyahnya, Prof. KH. Kasui Saiban, M.Ag mengajak para jamaah untuk belajar mengendalikan hawa nafsu melalui ibadah puasa Ramadhan.

“Puasa mengajarkan kita mengeliminir semuanya. Kita lapar, jam empat sore hidangan sudah siap, tapi tidak boleh dimakan karena belum dapat izin Allah sampai waktu adzan. Begitu juga istri kita juga halal, tapi jika posisi sedang puasa maka tidak boleh sampai waktun yang ditentukan”, pungkasnya.

Acara Pencerahan Ramadan ini mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan bagi para para jamaah dalam memperdalam pemahaman tentang agama Islam.

LTN-NU Kota Malang

Lembaga Ta'lif wan Nasyr PCNU Kota Malang

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button