MALANG – (2/1/2024) Lesbumi NU Kota Malang bersama masyarakat Genting Merjosari mendirikan Pesantren Budaya. Senin Pahing, 1 Januari 2024, dipilih menjadi hari pelaksanaan peletakan batu pertama. Peletakan batu pertama dihadiri oleh masyarakat, tokoh masyarakat, ketua-ketua RT, RW, tokoh-tokoh NU, dan beberapa kiai muda dari beberapa pesantren di Malang.
Pesantren Budaya Karanggenting akan berdiri di atas tanah wakaf ibu Hj. Tiwik Sulistyowati seluas 530 M. Pada pembangunan tahap pertama akan dibangun langgar yang berbentuk limasan (rumah Jawa dengan tiang penyangga berjumlah delapan). Langgar tersebut nanti akan menjadi tempat ibadah, mujahadah, dan mengaji.
Pesantren Budaya Karanggenting akan dikelola secara kolaboratif antara Lesbumi NU Kota Malang bersama masyarakat Genting Merjosari. Di dalam pesantren tersebut selain menjadi tempat belajar ilmu-ilmu agama, Alquran dan kitab kuning, juga akan mengajarkan berbagai keilmuan dalam beberapa bidang kesenian: musik, sastra, teater, film, seni pertunjukan dan lainnya. Yang kesemuanya dihadirkan dalam konsep pembauran masyarakat. Yaitu manunggalnya pesantren dengan masyarakat, menghilangkan sekat dan batas antara pesantren dan masyarakat.
Pesantren ini dinamakan Pesantren Budaya Karanggenting karena lokasinya di wilayah Genting. Sengaja tidak menyematkan diksi bahasa Arab dalam namanya, dalam rangka tabarukan kepada para pendahulu, para kiai-kiai zaman dulu, menamakan pesantrennya dengan nama lokal desanya, sebut saja Pondok Pesantren Lirboyo, Ploso, Sidogiri, Langitan (Plang Wetan), Karangmangu (Sarang), Tremas, Tebuireng dan lainnya. ”Pasti bukan tanpa sengaja para kiai-kiai dahulu menamakan pesantrennya dengan nama lokal daerahnya, bahwa kehadiran pesantren di tengah masyarakat adalah upaya para kiai dalam usaha membersamai masyarakat membangun desa dan sumber daya manusia, dalam bingkai akhlak dan nilai-nilai agama,” terang Fathul, Ketua Lesbumi Kota Malang. (ltn-makota)
